Sabtu, 04 Agustus 2018

Wedang Blangkon 'Ngangetke Awak'

Hampir setiap malam tempat makan atau sekedar tempat nongkrong di setiap sudut Yogyakarta selalu ramai dikunjungi orang. Orang lokal maupun pendatang ikut meramaikannya. Banyak hal yang mereka cari, selain untuk janjian ketemuan dengan kawan juga untuk mengisi perut yang kosong, atau hanya untuk cari penghangat tubuh. “Ngangetke awak mbak.”, ucap salah satu pengunjung di Wedang Blangkon. 

Setelah sederetan tempat makan, kedai, cafe, dan lain sebagainya, terselip sebuah tempat yang unik. Bentuk tempatnya nyaris sama dengan angkringan pada umumnya, yaitu menggunakan gerobak, itu dia Wedang Blangkon. Namun jika mengamati lebih dekat, di gerobak tersebut menyajikan berbagai macam rempah-rempah seperti jahe, kunyit, kencur, sereh, jeruk nipis, dan lain-lain. Ketika masuk lebih dalam lagi kita akan dikagetkan dengan 80 jenis minuman yang disebut wedang tertulis di dalam lembar menu. Seluruh menu terbuat dari rempah-rempah. Namun ada juga rempah yang dikombinasikan dengan bahan lain seperti susu dan perasa buah. 

Pemilik memilih wedang sebagai menu utama karena kelihaiannya melihat peluang. Saat ini belum banyak warung yang menyediakan wedang sebagai menu utama, biasanya hanya menjadi menu tambahan, itupun hanya menggunakan 1 jenis rempah, misalnya wedang jahe atau wedang kencur. Sedangkan di Wedang Blangkon menyediakan banyak sekali varian rasa wedang yang merupakan hasil dari kombinasi bahan. Sehingga pengunjung memiliki kesempatan untuk meminum wedang sesuai selera. Bahkan mereka juga bisa custom komposisi apa yang mereka mau.
Namun tak hanya itu, pengunjung juga dapat menikmati makanan lain seperti gorengan, telur puyuh bacem, nasi kucing, dan jajanan lainnya sebagai pelengkap suasana. 

Tempat ini ramai sekali dikunjungi, terutama ketika musim kemarau, karena suhu udara sangat dingin sehingga cocok untuk meminum wedang. Tempat itu disewa oleh 2 pemilik usaha. Ketika siang hari dibuka sebagai jasa pencucian mobil dan motor. Sedangkan Wedang Blangkon dibuka setiap pukul 6 sore hingga 12 malam. “AKhir-akhir ini malah lebih banyak anak-anak muda yang datang daripada orang tua.” Artinya trend sekarang bergerak sangat cepat. Selain kopi yang memang saat ini masih terus berkembang, rempah-rempah juga bisa dikatakan mampu bersaing. Entah mungkin pengunjung sadar mengenai manfaatnya maupun hanya karena ikut-ikutan saja. 
Pemilik mengakui bahwa rempah-rempah harus dikembangkan, seperti yang kita ketahui rempah inilah yang menjadi salah satu kekayaan Indonesia. Kita dijajah karena kekayaan rempahnya, harga rempah dulu lebih tinggi daripada emas. Apakah kita menerima begitu saja jika kekayaan kita diambil tanpa berbuat apapun? Hal seperti ini yang harusnya kita lakukan sebagai generasi muda penerus bangsa. Melakukan inovasi produk yang dihasilkan oleh masyarakat. Agar tidak terjadi lagi perampasan dari orang lain. 
Ketika kita berinovasi maka kita sendiri mendapatkan manfaat, apalagi orang lain, dan alam di sekitar kita. 

1 komentar:

  1. wah sangat membantu sekali, jadi tau banyak informasi soal tukang jamu itu hehehe d tunggu tulisan selanjutnya mbaaaa

    BalasHapus