Selasa, 08 September 2015

Studi Lapangan Kecil nan Pnjang di awal 2015 part 2

masih ingat cerita Studi Lapangan Kecil nan Panjang di awal 2015? lihat kembali http://veviedelaak.blogspot.com/2015/05/studi-lapangan-kecil-nan-pnjang-di-awal.html.

Tanggal 1 Februari kami melanjutkan perjalanan ke Kasepuhan Adat Ciptagelar . seperti biasa sebelum berjalan, terlebih dahulu materi navigasi darat diterapkan, tentunya agar jalur yang akan dilewati benar-benar tepat. Hanya 2 jam perjalanan melewati jalur tanah yang licin dan banyak pohon tumbang kami pun sampai pada kampung tujuan. Melihat pemandangan yang menawan dari atas kampung membuat kami lega, karena sebentar lagi kami akan beristirahat dan pastinya akan ketemu Abah Ugi.

Gambar 4 Kasrizal, Ariya, Akbar, Ve (ki-ka) begaya dalam perjalanan menuju Kasepuhan Adat Ciptagelar
Sesampainya di sana kami langsung bersih-bersih karena badan kami yang basah dan penuh lumpur. Kami merinding, kulitpun mengeriput karena air di kampung ini terasa sangat dingin. Teh hangat adalah minuman ampuh yang dapat meningkatkan suhu tubuh kami. Bersisir-sisir pisang terhidang di depan kami, dan racikan kopi berhasil membuat mata kami liar meliriknya. Dengan gelas-gelas kaca kami dipersilahkan untuk menyeduhnya sendiri, karena kebiasaan warga kampung agar pengunjung merasa berada di rumah senidiri. Dan prasmanan makan sore siap menyambangi perut kami yang rasanya permukaan dalam usus telah saling menempel.

Sambil santai, kami berbincang dengan warga dan menikmatisejuknya kampung adat ini. Kasepuhan Adat Ciptagelar memiliki pranata sosial yang menurut Kang Yoyo berjalan lebih teratur daripada negara kita ini. Dengan beberapa rorokan yang ada, kampung ini sangat teratur. Setiap rorokan yang diibaratkan seperti menteri di suatu negara memiliki fokus pekerjaan tersendiri. Untuk mengkajinya, kami membagi MPCA ke setiap rumah rorokan. Tiap rumah rorokan dibagi ke setiap 2 orang MPCA. Kajian yang dilakukan tidak terpaku pada hal yang dilakukan rorokan yang ditinggali. Mereka bebas akan mencaritahu tentang hal yang membuat mereka tertarik. Waktu satu malam dirasa kurang, namun kami harus melaksanakan rencana kegiatan yang telah dirancang.

Cerita tentang leuit, kesenian, kerajinan tangan, upacara adat, dan lainnya cukup membuat kami penasaran untuk kembali lagi di waktu berikutnya agar bisa mempelajari lebih dalam tentang Kasepuhan Ciptagelar ini.
Gambar 5 Deretan Leuit yang menjadi salah satu kekhasan dari Kasepuhan Adat Ciptagelar


Gambar 6 Galang sedang mencoba salah satu bidang kesenian yang ada di Kasepuhan Ciptagelar yaitu gamelan


Senja di hari berikutnya, 2 Februari 2015 mereka kembali berkumpul. Mereka terlihat riang telah mengetahui berbagai cerita yang tidak bisa didapatkan di tempat lain. Kali ini saatnya kami berbagi cerita, membuat lingkaran diskusi di depan Imah Gede adalah yang kami tunggu. Secara bergantian kami bercerita segala hal yang didapatkan dan dilakuakan. Senang, lucu, dan haru saling diungkapkan tak ada canggungnya.

Gambar 7 Sarahsehan bersama Abah Ugi dan anggota dan MPCA LAWALATA IPB
Malam ini adalah saatnya kami untuk sarasehan dengan Abah Ugi, kepala Kasepuhan Adat Ciptagelar. Sarasehan ini bertujuan untuk mengecek apakah cerita yang didapatkan dari warga sepenuhnya tepat atau tidak. Dan inilah saatnya bagi kami untu menanyakan berbagai hal yang masih membingungkan. Karna terlalu asik kami berbincang dengan abah, tak terasa hari sudah terlau larut, sehingga kami memutuskan untuk menyudahi sarasehan. Masih banyak waktu lain untuk kami berkunjung kembali ke Kasepuhan ini.
Gambar 8 MPCA siap untuk meninggalkan Kasepuhan Ciptagelar dan melanjutkan perjalanan SLK

Pagi hari kami bersiap untuk kembali berjalan menuju pantai Seupang. Perjalanan yang cukup  panjang kami tempuh dengan penuh semangat. Ada 3 anggota Lawalata yang terlebih dahulu pulang ke Bogor karena keperluan pribadinya yaitu Galang, Ariya, dan Ira. Tim anggota Lawalata yang akan melanjutkan perjalanan SLK dibagi menjadi 2, satu tim pendahulu adalah Ve, Daus, Aji, Raycel, Aziz, Kasrizal, dan Sheila. Sedangkan Akbar, Hanif, dan Irham mendampingi MPCA di belakang kami.
Gambar 9 MPCA dalam perjalanan menuju Pantai Seupang

Di hari ke dua perjalanan, tepat pada tanggal 4 Februari 2015 pada pukul 10.00 WIB tim pendahulu sampai di pantai Legon Pari, pantai tersebut terletak di sebelah pantai Seupang yang mana menjadi pantai tujuan terakhir kami. Penantian tim pendahulu terasa lama, karena tim MPCA baru sampai pada tanggal 5 Februari 2015 pukul 08.00 WIB. Sesampainya MPCA datang, kami pun langsung membagi tempat untuk beristirahat dan mendirikan bivak.

Gambar 10 Pantai Legon Pari dengan pasir putih, laut biru, dan langit yang memulai menjingga

Kami mengisi hari dengan kegiatan latihan survival di pantai. Hal paling mudah yang kami lakukan adalah memancing ikan dan mencari hewan laut lain yang bisa dimakan. Semalam kami berdiskusi di pantai Legon Pari. Saat pagi datang, kami kembali melakukan kegiatan, namun kegiatan kali ini adalah permainan. Tujuan kami melakukan permainan tersebut adalah untuk penyegaran otak dan otot sembari menikmati terik suasana pantai. Saat panggilan adzan datang di pertengahan hari, kaum lelaki muslim bersiap untuk bershalat Jum’at. Sepulang shalat Jum’at, kami semua makan siang, lalu melanjutkan perjalanan ke tujuan terakhir pantai Seupang. Perjalanan tersebut dapat ditempuh dengan melewati karang ataupun bukit, namun kali ini kami memilih untuk melewati karang karena kebetulan kondisi air laut sedang surut.

Semalam kami menginap di pantai Seupang. Dan hari terakhir yaitu tanggal 7 Februari 2015, beberapa anggota Lawalata yang lain menyusul untuk bersilaturahmi dan sekaligus menjemput kami untuk pulang, karena segala kegiatan yang direncanakan dari awal telah usai kami tempuh.


SLK bukanlah kegiatan yang biasa. Butuh proses yang panjang untuk melakukannya. Butuh fisik dan mental yang kuat untuk melewati semua itu. Yang pasti kami anggota Lawalata tidak akan pernah berhenti untuk berpetualang. Tidak hanya untuk menikmati ciptaan Tuhan yang istimewa, namun juga mempelajari segala isi dunia, sebagaimana pepatah mengatakan bahwa kita harus terus belajar walaupun sampai ke negri China. Bahkan tidak hanya itu, kami akan belajar sampai ke ujung dunia, sampai akhir khayat kami.

LAWALATA. . . . . . JAYAAAA. . . . .!!!


twitter: @viedela_ve
IG: viedelaak
email: veviedelaak@gmail.com
phone: 085742283163

Tidak ada komentar:

Posting Komentar