Selasa, 24 Juni 2014

Jogja Istimewa

Kunikmati jalan-jalanku kembali ke Jogja. Salah satu kota yang sangat sering aku kunjungi dan tak pernah bosan rasanya di kita itu. aku serasa hidup ketika di sana. Memang hobiku jalan-jalan mungkin. Kala itu liburan ujian Tengah Semester satu, sangat awal aku kuliah. Aku berjalan dari Bogor dengan seorang teman bernama Resty. Dia yang bawel dan cempreng mirip tante girang. Sedikit menyebalkan, tapi setidaknya ada yang menemaniku sepanjang jalan untuk ngobrol, walaupun sebenarnya aku sudah biasa sendiri.
Kami tak banyak teman disana, yang ada sepupu perempuan dan laki-lakinya dan kakakku. Tak apalah, nanti juga ketemu banyak teman. Hari pertama kami hanya istirahat di kamar kos milik sepupu perempuan Resty. Hanya sehari kami meregangkan otot, dan hari berikutnya kami susuri beberapa tempat terkenal di Jogja. Walaupun kami sempat berpisah di jalan masing-masing, tetap saja seru.
Sebelum berpisah, kami sempat bermain ke Situs Prambanan, Taman Sari, dan karaukean. Saat di Prambanan rupanya kami tidak terlalu beruntung, karena disana mendung. Pemandangan yang di dapatkan oleh lensa kamere tidak terlalu bagus. Tapi dapat lah sedikit foto cantik. Dengan kain khas yang khusus yang dipakaikan di pinggang ketika memasuki situs, serta helm pengaman saat memasuki candinya langsung.
Tidak hany berdua, kami mengajak dua teman untuk menemani kami. Ada mas Eka yang berbaju merah, dia sangat narsis melebihi aku mungkin, da nada kak Fahri yang minta ampun pendiamnya, tidak pernah bercanda dengan kocak seperti kami bertiga.

prambanan



Senin, 23 Juni 2014

Fitrinya hati di Idul Fitri


Ketika senja mulai menampakkan kilaunya, kebahagiaan semakin besar. inilah hari terakhir untuk berpuasa Ramadhan tahun 2013 lalu. Tak terasa kurang dari sebulan lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan yaa. Apa sih yang ditunggu pada bulan Ramadhan? Atau lebih tepatnya apa sih yang ditunggu saat Lebaran? Ini dia jawabanku. 

ngabuburit terakhir di bulan puasa 2013
 Kala fajar membangunkanku, aku langsung  bersiap mandi, tak seperti biasanya yang malas-malasan beranjak dari kasurku yang membelaiku dengan nyaman. Aku harus rapih, wangi, dan cantik hari ini. Karena aku akan bertemu banyak orang, entah yang sudah biasa maupun yang lama tak bertemu. Terasa sangat segar tubuhku ini, walaupun semalam tidur tidak lebih dari tuga jam.
Sebelum berangkat kami harus sarapan terlebih dahulu seperti apa yang dilakukan Rasulullah konon katanya. Makanannya sangat khas dengan gaya lebaran. Ketupat yang wangi akan darun aren karena memang pembungkusnya dipilih dari daun aren, berpaduan dengan opor ayam yang legit khas bumbu nenekku. Dianjurkan jangan makan terlalu kenyang, karena setelah ini kami akan berjalan lumayan jauh, takut mual dijalan.

Senin, 16 Juni 2014

Anjing

Kala itu aku sedang menikmati liburan di jogja, tepatnya di sebuah kamar kos milik kakakku Danu. Saat pagi tiba kami berjalan-jalan iseng ke waduk di dekat kos Danu, sambil membawa anak anjing yang masih lucu. Niatnya kami ingin mengajaknya jogging, namun kata pemilik anjing, dia tinggal di sebelah kamar Danu, anak anjingnya itu masih lemah dan lebih memilih bermalas-malasan di kandangnya dari pada melakukan aktivitas berat juga banyak orang. Hebat juga tuh pemilik sampai tahu perasaan hewan imut ini. Sehingga kami memilih tempat di waduk ini karena memang sepi pengunjung, hanya beberapa terlihat sedang mincing di sana.
Memang sedang dijodohkan dengan anjing barangkali. Untuk menikmati senja yang sejuk di hari yang sama, kami kembali mencari tempat sejuk untuk nongkrong ngga jelas. Kini bukan hanya aku, kakakku dan sianak anjing, ada juga teman kami Wahyu dan satu mas-mas teman kakakku. Menyusuri jalanan dan pada akhirnya kami menemukan sungai, diatas sungi itu terdapat jembatan yang mungkin sudah tak terpakai.

Kamis, 12 Juni 2014

Selamatan di Kasepuhan Ciptagelar

Banyak hal yang dapat dipelajari di Ciptagelar, sebuah Kasepuhan Adat Ciptagelar yang ada di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kasepuhan yang sangat unik sehingga lambat laun saya rasa tempat tersebut menjadi daerah wisata yang cocok untuk pembelajaran. Keunikan tampak sangat jelas saat pertama kali kaki saya melangkah di jalan bebatuan yang memang sedikit susah ditapaki. Rumah-rumah yang terlihat seragam dengan gaya rumah panggungnya, serta gubuk-gubuk kecil yang setelah saya ketahui itu disebut leuit (lumbung padi) dan bentukya agak berbeda pada bagian atapnya yang lebih runcing di depan. Atapnya yang berbeda, karena tersusun rapi dari ijuk hitam seragam. Bukan hanya itu yang saya temui, mata saya melihat jelas setiap lelaki yang lekat dengan ikatan kepalanya, serta perempuan yang anggun dengan kain yang melekat dari pinggang sampai lututnya seolah-olah mereka berseragam.
Untuk pertama kalinya saya mengetahui dan memasuki rumah besar yang ramai dikunjungi orang, ternyata rumah tersebut dinamakan “Imah Gede” karena tulisan tersebut terpampang jelas  di atas pintu rumah. Saya dan 13 orang lainya merasa masuk ke dalam istana yang begitu sejuk dan damai setelah kami membersihkan diri dan menyamakan cara berpakaian dengan mereka. Dalam ruang tamu yang kira-kira berukuran 3x5 meter kami disuguhi minuman hangat dan cemilan yang membuat kami semakin nyaman dengan obrolan kecil dengan senior serta mungkin penerima tamu Imah Gede. Yang membuat kami saling memandang dan saling tersenyum adalah ketika kami dipersilahkan untuk mengisi perut, ya kami yang lapar setelah perjalanan dari hutan Pamegpeuk tanpa makan nasi saat akan berangkat, langsung menuju ruang prasmanan untuk mengambil makananya. Saat kembali ke ruang tamu, kami dibisiki senior bahwa kami disuruh meletakan piring di lantai saat makan, sangat berbeda dengan kebiasaan kami yang saat makan sering menyangga piring di tangan agar lebih dekat dengan mulut. Hal itu sdikit membuat kami bingung, namun sementara kami jalani saja dulu perintahnya.

Selasa, 10 Juni 2014

Surga dalam Kegelapan

Ini adalah kali pertama aku merasakan berjalan dalam kegelapan. Bukan dalam gudang bukan juga dengan mata tertutup. Aku berusaha sekeras mungkin untuk membesarkan diameter pupilku, namun apa daya cahaya tak dapat menembus gelapnya pandanganku. Deras angin  terdengar ramai di telingaku. Aku merasa sedikit takut, jantungku berdegub sangat kencang. Aku mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, dan kuraba seluruh badanku mulai dari kaki sampai kepala. Banyak benda yang menempel pada badanku ini. Saat sampai di kepala, aku tak sengaja menekan sesuatu yang ada di kepalaku ini, dan tiba-tiba semuanya terlihat terang. Oh mungkin ini jawaban dari Tuhan, aku masih ada dalam dunia nyata. Aku masih bisa melihat dinding-dinding yang berkilau dan seperti akan menghimpit badanku ini. Batu-batu seperti digantung itu selalu meneteskan butiran air terasa dingin. Dan benar informasi dari telingaku tadi, aliran sungai terasa di kakiku lumayan deras.

Aku berjalan menyusuri ruang gelap ini, barangkali aku bisa menemukan jalan untuk kembali ke duniaku. Sambil melihat kanan-kiri, batuan yang indah bagaikan ukiran Kayu Jepara. Ingin sekali aku membawanya pulang, namun sesaat aku ingat seseorang berkata bahwa jangan pernah mengambil sesuatu yang bukan hak kita, jadi kunikmati saja pemandanganya, cukup cerita saja untuk kubawa pulang. Walaupun aku tak tahu nantinya akan ku ceritakan dari bagian mana.

Katam Gunung Salak

Gunung Salak adalah salah satu gunung yang ada di daerah Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Gunung ini memiliki area yang sangat luas. Ada 4 puncak yang paling sering dikenang orang, sesuai urutan dari paling tinggi yaitu puncak salak 1, 2, 3, dan 4. Untuk sampai ke sana juga terdapat banyak sekali jalur dengan kesulitan medan dan jarak yang bervariasi. Gunung ini merupakan gunung yang memiliki kekayaan vegetasi cukup tinggi, karena beragam vegetasi pepohonan masih dapat kita temui sampai di puncak. Hanya  saja semakin tinggi maka pepohonan yang tumbuh memiliki ukuran yang semakin kecil. Selain itu udara di sana sangat dingin dan lembab, karena curah hujanya tinggi. Hampir setiap hari air hujan turun di sana.
Kemarin pada tanggal 22 Maret 2014 merupakan hari bersejarah bagi kami, terutama diri saya, karena saya telah berhasil sampai pada keempat puncak dari Gunung Salak yang terkenal dengan medan yang sulit itu. Beru kemarin saya menaiki puncak 2, setelah puncak 1, 2, dan 3 yang telah saya lewati saat mengikuti program pembinaan calon anggota mahasiswa pecinta alam IPB (Lawalata).
Sekarang kami telah resmi menjadi anggota Lawalata, salah satu hal membanggakan dalam hidup saya. Kami berjumlah 17 orang, namun yang ikut naik ke Salak 2 kemarin hanyalah 10 orang, ditambah dengan 3 orang senior yang 2 diantaranya juga belum pernah naik ke Salak 2.
Saya telah ditunjuk menjadi ketua perjalanan ini dari 4 minggu sebelum perjalanan dilakukan. Tugas saya yaitu mempersiapkan segala hal yang akan dilakukan saat kegiatan. Hal pertama yang saya lakukan adalah menugasi anggota agar semua pekerjaan terkoordinir dengan baik, dan semua anggota berperan. Tugas itu saya bagi menjadi penanggung jawab alat, konsumsi, transportasi, keuangan, dan literatur. Untuk run-down perjalanan tidak saya bagi tugas, karena kami buat bersama-sama.

Tebing Panjat, Panjat Tebing

Udara terasa dingin saat itu, sesaat sebelum kami memulai beraktivitas. Setelah mengetahui bahwa kami harus berjalan dari kampus IPB Dramaga menuju Ciampea, maka hati menjadi panas. Apalagi setelah kami benar-benar melakukan aksi gerak itu, yaitu berjalan sampai Ciampea dengan waktu tempuh 2 jam perjalanan, semua terasa panas. Mungkin jika dilakukan saat siang hari, wajah kami akan terlihat merah padam.
Saat berada di Kars Ciampea, kami langsung mendirikan tenda untuk beristirahat. Kami juga membuat api agar sekiranya hewan tidak mendekati kami. Istirahat hanya beberapa jam, dan setelah jam 5 pagi kami bangun, membuat makanan, sarapan, packing, dan meninggalkan camp untuk menuju tebing tempat kita latihan. Langsung memasang segala sesuatu untuk mrmanjat dan menuruni tebing, serta alat pengaman yang saling menempel pada badan kami. Semua serba safety, agar tidak terjadi sesuatu kecelakaan yang tidak kami inginkan.
Satu persatu dari kami mulai menaiki lintasan, ada juga yang sebagian turun terlebih dahulu. Sekarang giliran saya naik tebing, kelihatan susah lintasan itu, dan ternyata memang susah. Namun selalu mencoba, mengulang, dan membenarkan teknik yang saya lakukan agar dapat sampai ke puncaknya. Kaki memijak benjolan-benjolan karst yang rasanya sangat kecil, sesekali juga terpeleset dan jatuh. Keringat bercucuran deras bagaikan air terjun, tenggorokan kering, kaki dan tangan gemetaran, dan kulit terasa terbakar oleh teriknya matahari.

Air Adalah Kekayaan

Bicara tentang air? Banyak sekali yang ada di benak kita saat mendengar kata air. Mulai dari jenis air, kehidupan air, serta segala macam permainan tentang air. Karena memang 2/3 bumi ini adalah air.

Mari kita bahas satu per satu dari yang di atas. Jenis-jenis air yang saya ketahui adalah air tawar dan air asin. Di pegunungan, air tawar sangalah mudah ditemukan, dari mata air, sungai, dan juga dari sumur. Sedangkan air asin dapat kita dapatkan di lautan. Asin yang dirasakan di laut memiliki kepekatan yang berbeddatergantung berapa jauh jarak dari pantainya. Semakin dekat dengan pantai maka semakin asin rasa airnya. Ada juga yang disebut muara, yaitu pertemuan antara air sungai dengan air laut.

Banyak sekali kehidupan air yang pemandanganya sangat menarik. Biota di setiap jenis air sangatlah beragam. Hewan mulai dari yang dapat dimakan sampai yang beracun, dari yang kecil sampai yang besar, dengan warna-warni dan tingkah lakunya yang lucu sampai yang menyeramkan. Namun saying karena tingkah laku manusia, semua itu semakin lama menghilang sedikit demi sedikit. Mereka marusak pohon bakau yang menjadi tempat pembesaran bamenyeramkan.

Namun sayang karena tingkah laku manusia, semua itu semakin lama menghilang sedikit demi sedikit. Mereka marusak pohon bakau yang menjadi tempat pembesaran bayi-bayi hewan air oleh induknya. Mereka mencemari air dengan membuang limbah-limbahnya ke perairan sedangkan mereka tidak menyadari bahwa pada limbah memiliki kandungan kimianya yang penuh dengan racun, dan akan membunuh biota yang ada di perairan itu. Dengan begitu kehidupan air menjadi tidak seimbang. Yang ada hanyalah perairan yang dangkal karena pengendapan material yang disebabkan oleh zat kimia tadi.