Senin, 18 Desember 2023

Binteng, Permen Tradisional yang Telah Hilang

Menghabiskan masa kecil di desa adalah suatu keistimewaan yang baru saja aku sadari ketika sudah dewasa. Lima belas tahun aku bermain di banyak tekstur alam, aroma makanan, hingga kenakalan kanak-kanak yang memanjat pohon buah tanpa ijin pemiliknya. Kali ini aku ingin mengajak kalian semua untuk mengingat kembali berbagai aroma dan rasa makanan yang pernah kalian nikmati saat menghabiskan masa kecil di desa.

Di kampungku dulu pernah ada pembuat permen tradisional yang kami kenal dengan sebutan binteng. Saat dia membuat, maka aroma wangi legit sampai tersebar hingga ke luar rumahnya yang hanya berselang 4 rumah dari rumah nenekku (garis keturunan bapakku).  Dia menjajakannya keliling kampung dan tentu seringkali dikelilingi banyak anak-anak, salah satunya aku. Kami bisa menikmati binteng sambil berlarian, bermain tanah dan dedaunan, atau lompat karet sekalipun. Binteng terbuat utamanya dari gula aren, selebihnya aku tidak tahu. Tapi aku mengingat betul aroma yang legit itu dan tekstur yang chui agak keras ketika digigit. 

Aku menyesali ketidaktahuanku dan kurangnya rasa penasaranku untuk mencari tahu mengenai binteng pada saat itu. Kini aku kembali ke kampung halamanku, setelah sepuluh tahun merantau ke sana ke mari. Tapi tidak lagi ku temukan binteng itu. Nenek yang membuatnya pun sudah meninggalkan dunia. Aku menanyakan tentang binteng kepada banyak orang. Anak-anak tidak lagi tahu apa itu binteng, anak seusiaku merasakan kerinduan yang sama terhadap binteng, orang-orang tua tahu bahan dasar membuat binteng, tapi kebanyakan tidak tahu bagaimana membuatnya.

Itulah salah satu makanan lokal yang hilang dari kehidupanku. Aku akan terus mencarinya hingga ketemu lagi aroma, rasa, dan tekstur binteng.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar