Jumat, 24 Agustus 2018

Lucunya Negeri (Sampah) Ini

Image result for rapat air minum dalam kemasan pejabat
Pejabat ngga mau kalah minum air minum dalam kemasan

Beberapa hari yang lalu saya mengikuti sebuah pelatihan di Jakarta. Sebuah kantor lembaga konsultan komunikasi media online. Kami dilatih untuk membuat konten yang unik sehingga banyak audience atau pembaca yang tertarik ketika kita melakukan publikasi. Saat itu salah satu kasus yang dia gunakan sebagai contoh adalah bagaimana konten yang baik untuk mengajak orang agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Saat itu saya tertawa dalam hati, namun sangkin lucunya membuat saya tidak bisa menahan suara cegukan keluar dari mulut saya. Presentator itu berkata “Saya juga benci sekali dengan sampah plastik, terutama kan saya suka olahraga menyelam, ketika sedang menyelam da nada plastik saya rasanya ingin marah-marah”. Awalnya tidak ada yang aneh jika hanya mendengar kalimat itu, namun yang membuat saya tisak habis pikir adalah, dii mejanya terdapat makanan ringan yang dibungkus plastik dan air mineral kemasan botol plastik yang sekal pakai. Aku bisikkan kepada teman di sebelah saya, dia masih memaklumi karena menurutnya itu adalah kepentikan presentasi. Namun saya yakin bahwa kebenciannya terhadap plastik tidak murni, itu adalah kalimat buatan yang dia harap dapat membuatnya keren di mata orang lain.
Pelatihan terlewati sudah setengah jalan, saatnya istirahat untuk makan siang. Saya duduk di meja panjang bersama peserta lainnya. Presentator tadi duduk di sofa hitam dengan sekotak nasi di tangannya. Karena merasa harus, akhirnya dia pun minum, dari sebuah botol plastik sekali pakai yang berbeda dari dalam ruangan tadi. Artinya hanya dalam waktu hitungan jam, dia sudah memproduksi minimal 2 botol air mineral yang nantinya entah mau dikemanakan. Bisa jadi untuk menemani dirinya diving di laut nanti. Setelah makan siang, kami bersiap untuk belajar lagi di dalam ruangan. Presentator sudah masuk terlebih dahulu untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Ku lihat lagi di meja yang berpasangan dengan sofa hitam. Rupanya botol mineral tadi masih ada tertinggal di sana. Mungkin dia berfikir “Ah nanti ada OB yang bantuin bersihin”. Tapi bukan itu poin pentingnya. Maksutnya kenapa orang yang bisa bilang kalau dirinya terganggu dengan sampah masih bertingkah tidak bertanggung jawab terhadap sampahnya sendiri ya. Saya bingung harus sedih atau tertawa, tapi itulah kenyataannya.
Ada botol minum kemasan sekali pakai diantara hangatnya suasana rapat dengan RI1
Bisa jadi kebiasaan ini sudah diwariskan turun temurun. Tapi kebiasaan juga bisa diubah sih. Ini kasus yang sedikit mirip. Seperti yang dilakukan oleh kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang membuat peraturan mengenai masalah sampah. Implementasinya adalah pertemuan atau rapat menyuguhkan air minum dalam kemasan sekali pakai, seringkali makanan ringan juga terbungkus oleh plastik. Tidak hanya waktu rapat, air mineral dalam kemasan selalu tersedia di beberapa sudut ruangan. Kebiasaan membawa botol minum sendiri salah satunya adalah karena tidak tersedianya air siap minum yang diberikan di seluruh tempat umum. Himbauan membawa botol minum sendiri kadang disalahartikan. Ada teman saya yang sudah terbiasa membawa botol minum, tapi lucunya adalah karena ketika air yang dibawa dari rumah telah habis maka dia akan membeli air minum dalam kemasan dan memindahkannya ke botol yang dia bawa. Membningungkan. Ini salah saiapa? Setidaknya jika dia tidak membawa botol dari rumah artinya dia memproduksi 2 sampah botol mineral sekali pakai. Namun karena dia membawa botol sendiri, maka dia hanya menghasilkan 1 sampah botol saja.
Tapi ini bukan hal pemakluman. Untuk mengatasi masalah sampah harus ada kerjasama antarpihak. Masyarakat harusnya lebih sadar untuk bertanggungjawab atas sampahnya sendiri. Pemerintah juga harusnya memprogramkan pengadaan kebutuhan untuk mengurangi penggunaan sampah, contohnya seperti menyediakan kran air siap minum di area umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar