Minggu, 29 Juli 2018

Angkringan Sehat Mba Mar

Setiap sore, aroma masakan Mba Maryati selalu menggoda. Hal inilah yang selalu menggagalkan orang untuk melakukan diet. Mba Maryati adalah seorang ibu dari 2 anak perempuan yang memiliki angkringan (warung makan khas Yogyakarta) di Dukuh Karangmojo, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Yogyakarta. Dia menjual berbagai jenis makanan seperti kerupuk, berbagai macam gorengan, nasi goreng, mie goreng, ayam goreng dengan berbagai bagian, dan tentunya nasi kucing khas Yogya yang wajib ada di semua angkringan. Selain itu dia juga menjual berbagai jenis minuman seperti jahe, jeruk, dan berbagai jenis kopi saset yang siap seduh.
Mba Mar sibuk melayani pembelinya
Pengunjung bisa makan langsung di angkringan atau dibawa pulang. Suasana angkringan mulai ramai sejak dagangannya dihidangkan. Bahkan terkadang sebelum itu pengunjung sudah memesan terlebih dahulu. Mba Mar (sebutan akrab Mba Maryati) membuka angkringannya pada pukul 3.30 sore. Dia memulai aktivitasnya di pagi buta, karena dia harus ke pasar untuk berbelanja bahan yang akan dimasaknya, melakukan tugasnya sebagai ibu dan istri untuk mempersiapkan keperluan anak-anaknya dan suaminya, serta mengurus rumah.
Ketika hari berganti menjadi malam, angkringan Mba Mar sangat ramai dukunjungi. Hal ini bertepatan dengan waktu makan malam, namun tidak menutup kemungkinan karena cuaca dingin yang mengakibatkan orang ingin menikmati makanan atau minuman hangat. Selain itu beberapa bapak-bapak juga dating hanya untuk sekedar ngopi dan berbincang dengan pengunjung lain sebagai rekreasi setelah seharian bekerja. Sebelum tengah malam, pada pukul 21.00 biasanya dagangan sudah habis. Pembelinya dari berbagai dusun, seperti bogem, keninten, karangmojo, dan sekiratnya. 
Dagangan Mba Mar tidak sepenuhnya buatan dia sendiri. Beberapa jenis kerupuk dibeli di pasar seperti kerupuk bawang dan kerambak. Rempeyek, mie goreng, dan nasi goreng adalah tititpan tetangga. Dia mengakui bahwa hubungan baik dengan tetanga tidak cukup hanya dengan beramah tamah namun juga dilakukan dengan hal yang lebih nyata seperti yang dia lakukan saat ini. Membagi ruang pasar bagi tetangga dianggapnya dapat membuat hubungan antartetangga lebih baik. Mba Mar percaya bahwa rejeki sudah ada yang mengatur, maka dia hanya menjalankan apa yang harus terjadi.
Angkringan Mba Mar baru dibuka sejak bulan September tahun 2017 semenjak ada bantuan dari pemerintah desa dengan program Angkringan Sehat. Ada beberapa angkringan yang dibuka bersamaan. Dulunya dia kerja menjadi karyawan di salah satu pabrik di dekat rumahnya. Setelah kurang lebih 4 tahun bekerja di sana akhirnya dia memutuskan keluar. Dia merasa bahwa menjadi karyawan itu tidak bebas, kerjaanya dituntut oleh target. Jika telah memenuhi targetpun masih tetap kena marah. Tekanan batin selalu hadir jika atasan datang. Whiteboard sampai terpecah karena setiap dia datang selalu digebrak. Selain itu, dia merasa tidak nyaman karena ternyata di dalam prabrik terjadi praktik yang tidak baik, seperti korupsi. Korupsi tersebut dilakuakan mulai dari orang dengan jabatan tinggi hingga staff yang paling bawah. Saat ini dia merasa tenang dan senang dengan membuka angkringan. Karena tidak ada yang menekannya dan dia dapat lebih dekat dengan keluarganya.
Angkringan sehat yang saya tangkap adalah bukan hanya dari jenis makanan lokal yang disuguhkan. Namun dengan saling berbincang dan berbagi pengalaman sekedar ramah tamah antarpengunjung maupun dengan penjualnya menjadikan kita sehat. Lain halnya dengan kehidupan di kota dengan suasana yang hiruk pikuk tak beraturan. Semua orang seolah-olah menjadi seperti robot yang sangat sedikit 'ngobrol' dengan yang lain sebagai hubungan sosial. Pembicaraan yang terjadi hanyalah mengenai pekerjaan yang mana membuat kita tidak sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar