Kamis, 02 Oktober 2014

Ilmu Harus Ditransfer Setiap Waktu

Ilmu adalah sesuatu yang terus bertambah. Pertambahan ilmu akan semakin cepat ketika ilmu itu sendiri semakin sering ditularkan kepada orang lain. Cara berbagi ilmu tidak hanya dilakukan di dalam kelas seperti halnya pelajaran di jenjang sekolah dan perguruan tinggi. Alam adalah guru paling besar yang bisa mengajarkan kita tentang kehidupan yang benar-benar nyata. Hidup berdampingan dengan makhluk lain, seperti hewan dan tumbuhan. Ketika sang guru besar dan kita bersatu saling mengajarkan suatu ilmu, maka maka ilmu akan semakin berkumpul dan bersiap menuju orang-orang yang benar-benar membutuhkan.
Sebelum melakukan ekspedisi, kami terlebih dahulu belajar tentang apa saja yang akan kami lakukan di lokasi ekspedisi. Setidaknya kami telah memahami ilmu tersebut. Kami tidak akan melakukan ekspedisi tanpa suatu ilmu yang kami bawa.
Masyarakat kampung Merabu umumnya memiliki kebiasaan berkegiatan di hutan. Selain itu mereka juga sering kali memasuki gua dan cerukan untuk sekedar beristirahat maupun memanen sarang walet. Sayangnya mereka belum sepenuhnya bisa melakukan hal yang lebih dalam berkegiatan di gua. Kebanyakan dari mereka hanya menjadi pengantar  atau porter bagi pengunjung yang akan melakukan pemetaan di gua. Sangat banyak gua yang ada di karst Merabu, sebagian diantaranya sudah ada peta guanya yang dibuat oleh ahli perguaan dari luar Merabu sendiri. Harapan dari pengurus kampung Merabu adalah agar para warganya terutama para pemuda mengikuti jejak para pendatang yang dapat membuat dan mendeskripsikan peta gua.
Harapan pengurus kampung mirip dengan harapan kami. Kami tidak ingin kekayaan yang mereka miliki bahkan tidak mereka pahami sendiri. Justru orang-orang di luar dari merekalah yang lebih paham akan kekayaan mereka.


kanan Henri, kiri Daud melakukan pemetaan
di Gua Sedepan Bu (dok-L)
Kami ingin mereka dapat membuat peta gua dan mendeskripsikannya, melakukan analisis vegetasi, dan yang paling penting adalah bagaimana mereka menjaga semua itu. Untuk itu kami menularkan ilmu yang sudah kami dapat sebelumnya. Hal pertama yang kami kenalkan adalah peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan semua itu. Dalam pemetaan gua kami mengenalkan meteran sebagai alat pengukur jarak, kompas senagai alat penunjuk arah, klino sebagai pengukur kemiringan, laser disto sebagai alat pengukur ketinggian, serta alat tulis yang digunakan untuk mencatat segala sesuatu yang di dapatkan di gua.
Deki melakukan pencatatan dan pendeskripsian
di gua Sedepan Bu (dok-L)


Dalam mendeskripsikan tentang gua, diperlukan juga data biota gua. Untuk mengetahuinya maka alat-alat yang dibutuhkan dalam pengambilan biota gua juga perlu dikenalkan kepada mereka. Alat simpel yang kami kenalkan adalah pinset untuk mengambil biota agar biota tersebut tidak rusak, botol sampel untuk menyimpan biota yang didapatkan, alkohol untuk mematikan dan mengawetkan biota yang didapatkan, alat tulis untuk menandai botol sampel, serta alat penjebak biota gua yang meliputi pitfall dan aquatic trapping.


Selain di gua, ilmu yang kami miliki tentang analisis vegetasi hutan juga perlu kami tularkan kepada mereka. Seperti biasa kami mengenalkan terlebih dahulu alat apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan analisis vegetasi. Alat-alat tersebut meliputi meteran sebagai engukur jarak dan keliling suatu tumbuhan, kompas sebagai penunjuk arah, serta walking stick sebagai pengukur tinggi suatu tumbuhan.
Setelah dikenalkan, langkah selanjutnya adalah memberi demo cara pemakaiannya serta menemani mereka untuk mencoba melakukannya sendiri. Karena pada dasarnya ilmu yang ditularkan dalam bentuk materi tidak akan bertahan lama jika tidak dibekali dengan praktik.

GPS adalah salah satu dari berbagai alat yang sangat dibutuhkan dalam melakukan sebuah kegiatan. Pengenalan GPS bertujuan agar setiap orang setidaknya memiliki keahlian dalam menentukan titik dimana berada dalam peta. Kelanjutan dari hal tersebut adalah masyarakat dapat menentukan dimana gua dan hutan yang mereka petakan dan deskripsikan dapat ditandai dalam suatu peta. Keuntungan yang lebih terasa adalah akan bertambahnya data belum dimiliki dari kampung Merabu. Tentunya dengan kebanggan tersendiri jika peta yang dihasilkan adalah merupakan karya asli masyarakat kampung Merabu.
Bahrul sedang mentansfer ilmu seputar GPS
kepada beberapa pemuda kampung Merabu (dok-L)

1 komentar:

  1. Keren!
    Terus menulis ya. Kalau banyak postingan gini kan enak.. Kalo ada yg sering nulis, kita jg ikut semangat jadinya..
    Aku setuju sama kamu, ilmu itu harus ditularkan ke orang terutama mereka yang memang membutuhkanya. Jika dalam tulisan kamu ya masyarakat lokal itu, biar mereka lebih paham lingkungannya.

    BalasHapus