Rabu, 15 Oktober 2014

Eloknya Wisata Kampung Merabu

Betapa kagetnya kami saat pertama kali menginjakkan kaki di Kampung Merabu. Semua terlihat gelap dan tak ada yang bisa kami lihat. Cahaya senter membantu kami berjalan menuju rumah berwarna hijau yang terlihat terang. Disanalah kami beristirahat. Maalam itu langit menemani istirahat kami. Banyak orang telah mempersiapkan hidangan untuk kami. Sembari menikmati teh hangat dan rebusan pisang, kami bercerita bersama warga Kampung Merabu. “kampong ini memiliki banyak tempat menarik yang bias kalian kunjungi”, ucap Pak Franly Oley seorang kepala Kampung Merabu.
Pagi datang membawa sang mentari yang memberi senyum semangatnya kepada kami. Mata kami disuguhkan pemandangan kampong yang bersih, nyaman, dan masyarakatnya yang ramah. Di sebelah rumah yang kami tinggali mengalir dengan tenang air sungai Lesan. Masyarakat terlihat sedang mandi dan mencuci baju di sana. Pemandangan yang sangat jarang kami jumpai. Seorang ibu dengan lembut memandikan anaknya sembari menunggu rendaman cuciannya. Mungkin ini adalah salah satu yang mearik menurut sang kepala kampong semalam.
Sebelum memulai kegiatan yang sudah kami rencanakan, terlebih dahulu kami mengenal Kampung Merabu. Kami berjalan menyusuri setiap sudut kampong tersebut. Bangunan-bangunan yang dijadikan kantor untuk urusan pemerintahan tersebar rapih di sana. Ada Kerima Puri, kantor kepala kampung, balai kampong, puskesmas, sekolah dasar, gereja, dan rumah-rumah warga yang berjajar rapih dengan bentuk yang relatif sama.
Saat memasuki kantor kepala kampong, kami dilihatkan peta kampong, foto-foto keadaan kampong, serta banyak tempat menarik yang diceritakan Pak Franly semalam. Banyak tempat menarik di sana yang telah beberapa kali diinjak pengunjung, bahkan diliput oleh salah satu acara di stasiun televisi swasta. Semakin tidak sabar kami melihat secara langsung betapa indahnya tanah Merabu.
Siang menjelang sore adalah saat yang tepat untuk menikmati keindahan Kampung Merabu yang sudah di benak sejak kemarin. Sungai Lesan adalah tempat pertama yang kami kunjungi, karena letaknya yang sangat dekat dengan tempat kami tinggali tepatnya ada di samping rumah tinggal kami. Aliran sungai Lesan yang tenang dan jernih sangat cocok untuk berenang sekaligus menjala ikan. Kami diantarkan menikmati sungai lesan dengan dua pemuda Merabu menggunakan ketinting. Ketinting adalah alat transportasi yang digunakan untuk berjalan di sungai. Bahan bakar yang digunakan agar ketinting bisa berjala adalah bensin. Sungai lesan biasa dijadikan tempat mencari ikan bagi masyarakat Kampung Merabu. Selain itu sungai tersebut juga menjadi tempat bermain yang menyenangkan bagi anak-anak Kampung Merabu. Di sana mata mata kami dipersilahkan secara otomatis untuk menikmati keindahan sungai Lesan secara gratis.
Sembari melakukan pengambilan data di dalam gua, secara tidak langsung kami menikmati kesunyian dan kegelapan gua yang amat mengagumkan. Di Kampung Merabu telah tercatat terdapat lebih dari delapan puluh titik gua. Sebaran gua sendiri sangat beragam, mulai dari gua horizontal hingga sistem gua vertikal. Setiap gua juga memiliki keunikan tersendiri. Ada beberapa gua yang memiliki keunikan cap tangan dan lukisan gua purba, aliran sungai dalam gua, maupun gua yang memiliki semacam jendela-jendela gua sehingga dapat memancarkan sedikit sinar sebagai peneraangan dalam kegelapan. Pemandangan yang disuguhkan dalam gua antara lain adalah hiasan-hiasan gua atau familiar disebut ornamen gua. Terasa sangat damai ketika mengamati proses air yang mengalir di setiap ornamen gua tersebut. Saat itu kami merasakan bahwa hidup berjalan sangat pelan dan bertahap yang kemudian akan berakhir di sutu tempat layaknya tetesan air yang menetes dari ornament satu ke yang lain.
Tidak cukup dengan sungai lesan dan keindahan bawah tanah saja. Masih banyak lagi tempat wisata yang harus dikunjungi. Telaga Nyadeng, Puncak Ketepu, Danau Tebo, dan gua-gua cantik yang ada di sana. Telaga Nyadeng dan Puncak Ketepuk adalah tempat berikutnya yang kami nikmati keindahannya setelah selesai pengambilan data. Perjalanan menuju telaga Nyadeng sangatlah mudah dijangkau, cukup dengan jalan kaki maupun menggunakan ketinting. Hanya membutuhkan waktu maksimal satu jam untuk mencapai telaga Nyadeng dari Kampung Merabu. Ketinting digunakan jika melewati jalur sungai lesan. Setelah sekitar setengah jam sampai di pintu masuk telaga Nyadeng (disana ada plang tanda masuk telaga Nyadeng), ketinting di parkirkan, lalu dilanjutkan dengn berjalan dua puluh menit menuju telaga Nyadeng. Kondisi jalannya cukup landai, maka jangan khawatir bagi orang yang jarang melakukan tracking. Berjalan di sana sejuknya udara begitu terasa, karena hutan masih alami dengan pepohonan besar yang melindungi kami dari panasnya matahari.
Sampai di tempat yang dituju kami terkagum dengan keadaannya. Air yang jernih memantulkan birunya. Ikan-ikan bergerombol nampak seperti aquarium dengan ukuran besar. Konon telaga air di telaga ini sudah pernah diteliti oleh beberapa ahli air dan air di sana aman untuk langsung diminum. Dalamnya telaga ini juga pernah diukur, yaitu sekitar 80 meter. Kicauan burung di siang hari ikut menyambut kedatangan kami. Tanpa ragu beberapa dari kami berenang di segarnya air telaga tersebut.
Di dekat telaga Nyadeng, terdapat puncak bernama Puncak Ketepuk yang merupakan salah satu tempat tujuan favorit para pendatang. Kami berkesempatan menikmati pemandangan tower-tower karst yang menjulang dari puncak tersebut. Untuk menuju Puncak Ketepuk harus melewati jalan yang menajak terjal berbatu dengan kemiringan hampir 45 derajat. Perjalanan yang sangat melahkan itu memakan waktu lima puluh menit bagi kami tanpa membawa beban ransel. Biasanya masyarakat Merabu hanya memerlukan tiga puluh menit dari telaga Nyadeng untuk sampai di Puncak Ketepuk. Lelahnya perjalanan akan hilang dengan sendirinya ketika memandang luas keindahan seluruh Merabu dari Puncak Ketepuk.
Di Kampung Merabu juga memiliki pesona yang lain yang lebih indah lagi. Hanya saja perlu waktu dan energy yang banyak untuk menuju tempat tersebut. Perjalanan yang memakan waktu berhari-hari dengan jalan yang terjal menanjak. Di Danau Tebo sendiri memiliki pemandangan yang begitu cantik. Di sana pula masih sangat mudah ditemui hewan-hewan liar yang sedang melakukan aktivitasnya masing-masing.

Sungguh benar-benar masih asri dan asli keadaan di Kampung Merabu. Saya sendiri ingin kembali ke sana utuk berbaurr dan menikmati ciptaan Tuhan yang luar biasa itu.
twitter : @viedela_ve

Tidak ada komentar:

Posting Komentar