Kamis, 12 Februari 2015

Pempek Jembatan Ampera

Hari ini begitu panas aku rasakan. Tak seperti hari-hari kemarin saat aku berada di kota empek-empek. Kota yang menyimpan banyak tempat wisata menarik tersebut tak sengaja menarik seluruh jiwa dan ragaku ke sana. Mau tidak mau aku harus meluangkan waktu untuk menyelesaikan sebuah misi rahasia di sana.

Beruntunglah aku karena misi tersebut datang pada saat ujian akhir semester tiga pada perkuliahanku di Institut Pertanian Bogor telah usai. Langsung saja aku bersiap untuk berangkat ke kota Palembang. Sebelum itu terlebih dahulu aku menuju ke Jakarta untuk memperjelas misi yang harus ku selesaikan. Esok harinya aku tancap gas, walaupun pak supir yang menginjak gas bus nya menuju ke pelabuhan Merak. Aku sengaja tidak menunggangi pesawat untuk menuju ke kota tujuan. Bukan karena takut setelah kecelakaan Air Asia, namun karena uangku pas-pasan. Dengan uang lima puluh ribu rupiah aku diantarkaan bus kota sampai pelabuhan Merak. Barulah sesamainya di sana aku menyebrangi lautan dengan kapal yang harga tiketnya adalah lima belas ribu rupiah untuk  sampa di pelabuhan Bakauheni. Saat kapal menepi, mulailah pemuda-pemuda ini beraksi, para penumpang melemparkan koin kepada mereka. Itulah cara mereka mendapatkan uang, sungguh membahayakan, tapi mereka seperti tak memiliki rasa takut.


Di bakauheni aku memilih beberapa bus yang bisa mengantrkanku ke terminal Rajabasa. Sore itu aku sengaja menuju ke rumah kos temanku terlebih dahulu, karena perjalanan ke Palembang masih jauh. Bus tersebut berpenumpang sangat paat, dan sialnya teryata bus yang ku naiki tidak memiliki fasilitas AC. Pantas saja harganya murah, hanya dengan Rp25.000 aku sampai di terminal Rajabasa.

Semalam istirahat di Lampung, aku pun melanjutkan perjalanan ke Palembang di pagi harinya. Kala itu sedikit melakukan kesalahan teknis. Harusnya aku memesan tiket kereta pagi dari stasiun tanjung karang menuju Palembang yang harganya Rp30.000, namun hal itu tidak ku lakukan. Hasilnya adalah aku harus menggunakan bus kembali, yang tentunya dengan harga yang lebih mahal, yaitu Rp125.000.  selama 12 jam perjalananku melewati lintas timur Sumatera dengan jalan yang berkelok, naik turun, dan seringkali berlubang membuat badanku serasa remuk berkeping-keping.

Tempat yang pertama aku tuju adalah sekertariat Mapatri Universitas Tridinanti, karena tidak ada tempat lain untuk ku beristirahat. Sepuasnya aku beristirahat semalaman di sana. seperti biasa, namanya saja Palembang, aku selalu di suguhi empek-empek, jajanan yang tidak pernah membuatku bosan. Pada malam hari berikutnya aku diajak berkeliling kota Palembang nan berwarna itu. Kami mengelilingi jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, Monpera, dan gelora Sriwijaya. Betapa bahagianya kami, sehingga beban misi yang kubawa agak terasa ringan.


Esok hari baru kuselesaikan apa yang menjadi tujuanku. Agar aku bisa melakukan hal laain yang semacam liburan, yaa jauh-jauh ke pulau orang tidak akan puas jika tidak mencicipi apa yang pulau itu miliki. Karena ini adalah pertama kalinya aku menginjak Sumatera.

Misi telah selesai, dan akhirnya aku bisa makan dengan nikmat dan sangat menikmatinya. Lidahku merassakan aneka rasa makanan khas kota itu, mulai dari empek-empek biasa, empek-empek kulit, empek-empek isi, model, kemplang, sambal tempoyak, kopi pagaralam, dan mie tek-tek secara bergantian setiap harinya. Satu hal lagi yang sangat terkesan adalah cairan cuko dengan rasanya yang khas lidah palembang berhasil membuatku sariawan, asam dan pedas, namun tetap lezat, sangat cocok untuk orang yang menyukai cita rasa pedas.



Di sanalah aku belajar. Aku bisa menerima segala kaarakter seseorang, aku bisa mendekatkan diri dengan orang yang hampir renggang, aku bisa bersama orang-orang yang sangat menghargai perasaan orang lain. Dan aku bisa merasakan indahnya tertawa. Kami selalu bernyanyi dan tak pernah meraskan kesedihan.

Dan akhirnya aku mendapatkan bonus berupa naik gunung Dempo 3159 MDPL.

twitter : @viedela_ve

Tidak ada komentar:

Posting Komentar