Kamis, 24 Maret 2016

Bulan Kelabu (Kehilangan Nenek dari Kampung Merabu)

Bulan malam ini begitu terang keemasan, namun aku sedang bersedih, hatiku kelabu. Malam ini aku kangen banget sama Kampung Merabu yang pernah aku kunjungi pada Juli 2014 yang lalu bersama saudara-saudaraku di Lawalata IPB. Di Kampung Merabu kami diajarkan untuk selalu bersemangat, berdamai, dan untuk menyadari bahwa kami harus melakukan sesuatu untuk bertahan hidup, sesuai dengan jalan yang benar.
Saat itu aku dipertemukan dengan sosok nenek yang menghargai sebuah kehidupan, sangat menghargai lingkungannya. Aku tidak bisa melupakannya. Dia adalah mama dari wanita tangguh bernama Marja Yanti. Sebelum itu aku bertemu lebih dulu dengan Mba Mar (sebutan bagi Marja Yanti). Aku yakin dibalik sosok Mba Mar, pasti ada orang tuanya yang pasti sangat mengasihi dengan penuh cinta dan mengajarkan cara terbaiknya untuk mencintai sesama dan semesta. Hal itu terbukti ketik aku bertemu nenek.
“Nenek lagi ngapain?”, tanyaku waktu itu kepada nenek. Aku kaget dengan jawabannya yang sederhana namun ngena banget di hati dan pikiranku saat itu “Lagi bersih-bersih, begini saja nenek kalau sore, kalau sekitar rumah bersih pasti nyaman dan enak dilihat.”, jawabnya sembari menyibakkan sapunya di lantai tanah samping rumah. Dia memberi makan bebek disela menyapu.
Hari ini kami berduka, semalam dia telah berpulang kepada pangkuan Tuhan. Sangat menyesal, ketika saat itu aku tak belajar banyak padanya. Aku tak banyak menghabiskan waktu dengannya. Namun dirinya selalu terkenang dalam benakku. Kelembutan, keramahan, senyum, dan hangatnya kasih sayang yang ku rasakan ketika terakhir memeluknya, saat itu adalah hari terakhhir kami berada di Kampung Merabu, mengingat pengambilan data dalam rangkaian Ekspedisi Tanah Borneo telah selesai.

Aku teringat pada foto nenek, di sedang menabuh alat musik untuk menghibur kami saat pesta pelepasan kami di balai Kampung Merabu. Berkolaborasi dengan ibu-ibu lain yang juga memainkan alat musik lain, serta dibarengi dengan tarian khas Dayak Lebo. Seandainya masih ada waktu untukku bertemu dengan nenek, aku ingin mendekap erat dirinya, bercerita tentaang kampungnya yang asri, dan belajar menabuh kepadanya. Seandainya aku masih bisa bertemu dengannya, aku ingin memberikan sehelai selendang kepadanya agar dia selalu mengenangku.
Tak tau lagi apa yang harus ku ungkapkan untuk mewakili kesedihanku. Walaupun jauh, nenek selalu berada di dekat kami. Selamat jalan nenek, bahagia di sorga ya nek, aku harap kita dapat bertemu di sana. Mungkin Tuhan lebih menyayangimu, Ia ingin nenek berada di sisi-Nya. Keluarga Kampung Merabu dan kami yang ditinggalkan senantiasa mendoakan

2 komentar:

  1. Salam dari mba Mar dan keluarga, serta seluruh warga.. terima kasih atas perhatian mba Ve..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pak fran salam untuk seluruh warga merabu dan alam nya yang indah

      Hapus