Sabtu, 25 Februari 2017

Aku, Tali, dan Tuhan

Halo penggiat alam bebas, saya akan menceritakan hobi saya dalam memanjat. Mungkin udah bawaan sejak lahir saya suka panjat-memanjat. Meja, plavon, dan pohon adalah beberapa benda yang saya pajat dari kecil. Nah, sekarang saya sedang memperdalam ilmu panjat yang lebih serius dan terarah di salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa besar di IPB, yaitu Lawalata. Selain itu saya juga sedang belajar memanjat (climbing) dengan suatu perkumpulan bernama DSP.
Perjalanan menuju Tebing Ciampea

Kami berlatih boulder dimana saja, seperti GOR Padjadjaran setiap Rabu dan Jum’at, di tebing Karst Ciampea pada hari Minggu, dan lain sebagainya.  Ditambah lagi latihan fisik sendiri di rumah masing-masing seperti push-up, sit-up, dan yang paling penting adalah pull-up utuk melatih kekuatan tangan.
Hari Minggu adalah waktu yang paling saya tunggu, karena itulah saatnya kami manjat tebing. Tebing Karst Ciampea yang akan kami panjat berada di sekitar lapangan tembak TNI di Ciampea. Kami harus berjalan menanjak terlebih dahulu sekitar 20 menit dari jalan raya. Setelah tebing tepat di depan muka saatnya memasang tali (kern mantle) di jalur pemanjatan. Di Tebing ini ada belasan jalur, seperti jalur kambing, putih, strowbery, tiram, dan lainnya. Jalur tersebut beragam dengan level kesulitan masing-masing.
Tali telah terpasang, saatnya memanjat. Tapi persiapkan dulu alatnya terutama yang menempel pada badan, seperti harnest, sepatu khusus panjat, chalk bag beserta isinya, dan yang pasti ada belayer dengan alatnya yaitu harnest dan grigri atau figue of 8. Kami menjunjung tinggi keselamatan dan etika memanjat. Kami selalu belajar menghormati alat, karena alat adalah Tuhan kami saat memanjat. Jika kami lalai dalam penggunaan alat dan membuatnya rusak, maka bayarannya bisa jadi adalah nyawa kami sendiri.
Memanjat di Tebing Ciampea
Memanjat, merangkat-rangkak di tebing selalu membuat adrenalin saya meningkat. Jantung serasa berdegub lebih cepat. Fokus saya terpecah untuk memperhatikan tangan, pijakan kaki, dan badan agar tidak jatuh sebelum sampai pada tujuan.manjat tebing itu bisa melatih kesabaran, tanggung jawab, koordinasi yang baik dengan belayer, dan mengatur ego yang seringkali bergejolak. Selain berkeringat yang membuat badan sehat, hobi ini membuat saya bisa tertawa dan melepaskan segala beban pikiran yang berhari-hari terpendam.
Senja penutup kelelahan setelah manjat

Jatuh, tergesek dengan tebing, dan menggantung di tali adalah hal yang biasa terjadi saat memanjat. Bagaimanapun kami harus selalu mencoba untuk menikmati kelelahan dan istirahat di puncak pemanjatan. Kebanggaan mucul dengan sendirinya diiringi pemandangan kemerahan saat matahari tenggelam.


Terusalah memanjat, karena bukan hanya tebing yang harus dipanjat. Cita-cita juga harus dipanjat hingga diraih puncaknya. karena setelah mencapai puncak, rasanya tak lain adalah sebuah kepuasan dan kebanggaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar