Senin, 04 Mei 2015

Sebuah Buku untuk Hari Pendidikan nasional

Bersyukur bahwa Buku Hasil Ekspedisi Tanah Borneo yang berjuduk “Kampung Merabu, Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo” telah selesai dibuat. Awalnya aku tak yakin buku ini akan selesai, karna setelah dikuatkan satu sama lain akhirnya kami mencoba memulai terlebih dahulu tanpa memikirkan hasilnya. Bulan November 2014 lalu aku bertemu dengan Mba Rita Mustikasari di suatu tempat secara tidak sengaja. Seminggu setelah itulah kami janjian untuk ketemu lagi.

Setidaknya aku sudah punya beberapa bayangan tentang cerita yang akan kami masukkan ke dalam buku tersebut. Yang pasti kami ingin foto kami mampang di dalam buku (selalu narsis, pengen banget dikenal orang). Salah satu dari kami nyletuk, “Kalau mau fotonya dimasukkin ya tulis ceritanya.”,  betul sih. Oh ya lanjut, paling tidak kalau hari Minggu ga ada kerjaan aku bertemu dengan Mba Itok (panggilan untuk Mba Rita Mustikasari) untuk sharing apa yang telah kami tulis dan curhat dikit tentang kendala peyusunan buku kami ini.

Berbulan-bulan kami mengerjakan ini (walaupun tidak sampai lembur setiap malam), tapi kami masih bisa jalan-jalan. Aku sempat pergi ke Lampung, Palembang, dan melakukan kegiatan perjalanan pajang SLK, mungkin jika aku tidak pergi buku ini bisa selesai lebih cepat. Setelah semua dokumen tulisan dan foto terkumpul, kami kemudian menyusun dan mengeditnya. Kami dibantu oleh Mba Itok da Mba Nonet (bernama asli Sudiah Istiqomah) dalam pengeditan. Wow 2 orang senior ini adalah pentolan-pentolan penulis di Lawalata IPB (organisasi kami), dengan sabarnya mendampingi dan memberi kami pengarahan pembuatan bukudari awal hingga selesai, bahkan hingga pempublikasian buku ini.
Cover Buku "Kampung Merabu, Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo"

Hingga akhirnya tanggal 1 Mei 2015 buku kami sudah selesai dalam bentuk Pdf. Tanggal 2 Mei 2015 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional akhirnya kami launching buku “Kampung Merabu, Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo” di Kedai Kopi Klotok Cibanteng Dramaga, Bogor (sebelah kanan Kantor Pegadaian). Kami memilih Hardiknas agar kita semua saling ingat bahwa menulis dan membaca adalah hal yang sangat penting dan membuat kita bebas berfikir tanpa batas.


Setelah launching rasanya seperti bisul yang pecah (walaupun aku belum pernah bisulan), lega banget. Bagus juga tanggapannya yang secara langsung diungkapkan kepada kami maupun lewat media sosial yang kami miliki. Beberapa orang yang memberi tanggapan menginginkan memiliki buku ini. Kami merasa sangat berharga bisa membagi pengalaman dengan orang lain. Kami harap dengan membaca buku ini, pembaca dapat merasakan berada di Kampung Merabu. Menikmati  keramahan warganya, bisa berenang di Sungai Lesan, dan bercerita tentang Bunga Inu dengan Pak Ransum (wakil kepala adat Dayak Lebo Kampung Merabu), berpesta serta menarikan tarian Remit Bunga, dan mencicipi manisnya Madu Hutan yang diproduksi sendiri oleh warga Kampung Merabu. 
Andayani, Kasrizal, Sheila, Ve (saya)

Twitter : @viedela_ve
Fb : Viedela AK
Email : veviedelaak@gmail.com
IG : veviedelaak

1 komentar:

  1. Wah.. Aku baru baca postingan kamu. Si sweet. Senangkan kan kalau bisulnya bisa pecah
    Semangat ya. So, mulai bisulan lagi yuk. Kapan? Biar enak lagi bisa ngrasain bisul pecah dan nelorin buku. ;)

    BalasHapus