Indonesia adalah negara yang kaya
akan suku dan budaya. Masyarakatnya dikenal dengan kreativitas mengolah
kekayaan bumi. Salah satunya adalah Suku Dayak. Suku Dayak adalah sebutan bagi
suku yang berada di pedalaman Borneo yang mendiami Pulau Kalimantan. Suku Dayak
sendiri terbagi dalam beberapa suku bangsa. Dayak Basap adalah salah satunya.
Budaya yang terkenal dari suku ini adalah budaya menganyam. Hutan mereka yang
kaya menyimpan beberapa jenis rotan. Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki ratusan anggota.
Kemudian masyarakat Suku Dayak memanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan tikar,
penutup kepala, maupun anjat.
|
Menganyam membutuhkan ketelitian dan ketekunan |
Anjat adalah kerajinan tangan yang menyerupai
tabung. Secara umum banyak bentuk lainnya yang juga menarik. Pada dasarnya
masyarakat dayak membuat anjat karena keperluan sebagai alat membawa barang
seperti alat untuk berburu, bekal makanan, hasil ladang, dan lain-lain. Namun
pada perkembangannya anjat kian dilirik sebagai komoditas yang dilirik oleh
masyarakat di luar dayak karena bentuk dan motifnya yang menarik. Setiap Suku
Dayak memiliki motif unik yang menjadi ciri khas masing-masing. Setiap motif
memiiki makna tersendiri.
|
Masyarakat menggunakan anjat sehari-hari |
Teluk Sumbang adalah sebuah kampung
yang berada di Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Suku
Dayak Basap merupakan penghuni asli dari kampung tersebut. Dulunya suku ini
tinggal di hulu dan dianggap sebagai komunitas dayak tertinggal oleh
pemerintah. Kemudian ada program pemerintah yang memindahkan suku ini lebih
dekat ke perkotaan pada tahun 2009. Mereka harus mengikuti peraturan karena
diancam dengan senjata. Ternyata hal itu dilakukan karena terdapat perusahaan
sawit yang akan mengeksploitasi wilayah mereka. Setiap hari terlihat aktivitas
ibu-ibu dan nenek-nenek menganyam. Rata-rata perempuan di sana bisa menganyam. sejak
di hulu mereka sudah menganyam, sekarang untuk menganyam
|
Daun sebagai pewarna alami |
mereka memerluhan
usaha yang lebih karena sumber bahan lebih jauh masuk ke dalam hutan. Seperti
yang telah disebutkan tadi bahwa beberapa alat yang mereka miliki merupakan
anyaman yang dihasilkan oleh tangan sendiri. Namun terlihat beberapa ibu-ibu
yang saat ini terus menganyam yang hasilnya dijual ke luar Kampung Teluk
Sumbang. Hal tersebut menjadi pendapatan tambahan bagi mereka. Proses menganyam
bukanlah hal yang mudah, terutama bagi orang yang pertama kali melihatnya.
|
Karya Mamak Martha |
Menurut Mamak Martha, salah satu
penganyam di Kampung Teluk Sumbang, hutan yang ada di sekitar kampung mereka
memilki beberapa jenis rotan yang dapat digunakan sebagai bahan anyaman.
Misalnya adalah rotan segah atau dikenal juga dengan sebutan rotan sangai.
Habitatnya adalah dataran rendah. Para penganyam paham mengenai jenis rotan
yang cocok untuk setiap jenis produk yang akan dibuat. Proses pembuatannya
dimulai dari pengambilan rotan di dalam hutan dengan jarak 3-5 km dari kampung yang
mereka (perempuan) lakukan sendiri.rata-rata suhu di sana tinggi, namun mereka
tetap kuat dan bersemangat. Ini adalah contoh bahwa masyarakat kita aslinya
memiliki ketangguhan tinggi yang sekarang sudah mulai pudar, terutama di
perkotaan. Mengambil rotan di dalam hutan memerlukan waktu seharian, karena
selain mencari dan memangkas mereka juga langsung memisahkan kulitnya agar
tidak terlalu banyak bawaan mereka untuk kembali ke kampung. Setelah itu mereka
menggendongnya sampai kampung. Lagi-lagi kekaguman muncul pada kekuatan fisik
mereka. Keesokan harinya rotan tersebut dijemur di bawah matahari langsung agar
keringnya sempurna. Karena jika tidak maka anjat yang nantinya dihasilkan akan
berkualitas buruk, seperti berjamur atau lebih cepat rapuh. Proses penjemuran
membutuhkan waktu 3-5 hari sesuai dengan teriknya matahari. Setelah penjemuran
selesai maka saatnya mereka memecah dan meraut. Biasanya satu batang rotan
dipecah menjadi 4-8 sisi sesuai dengan diameter dan kebutuhan. Pemecahan
tersebut tidak berlangsung terlalu lama karena tangan mereka yang sudah
terlatih. Pecahan rotan itu kemudian dimasak dengan daun sirsak selama kurang
lebih 12 jam untuk mendapatkan warna hitam sempurna. Pemasakan tersebut
dilakukan di atas tungku tradisional dengan kayu bakar yang sudah mereka ambil
dari dalam hutan bersamaan dengan pengambilan rotan. Kemudian barulah rotan
yang sudah dimasak dijemur kembali agar hitamnya meresap dan tidak luntur lagi.
Penjemuran itu membutuhkan waktu seharian dengan panas matahari yang tinggi.
|
Memulai anyaman |
|
Bersatulah suku dan budaya Indonesia |
Menganyam sudah menjadi budaya
yang mereka lakukan setiap hari, terutama bagi Mamak Martha. Walaupun menjadi
sumber pendapatan yang tinggi, namun bagi mereka yang utama adalah berladang.
Sehingga menganyam adalah aktivitas sampingan saja. Menganyam dapat dilakukan
bersama-sama di teras rumah sembari mengobrol, sambil menunggu sore, juga
sembari mengurus anak. Mereka mahir dalam mengatur waktu dan tenaga. Pembuatan
anjat sendiri memakan waktu 7-10 hari sejak pengambilan rotan, tergntung jenis,
ukuran, dan kerumitan motif yang dibuat. Penyebutan anjat sebenarnya digunakan
untuk model tas yang dipergunakan untuk membawa bekal makanan, minuman, dan alat
berladang. Mereka memerlukan rotan kurang lebih 30 hingga 40 batang setiap
anjat yang dibuat, lagi-lagi sesuai dengan ukuran anjatnya. Ada juga jenis yang
disebut sebagai ‘dondoy’ yaitu digunakan untuk membawa hasil lading atau hutan.
Selain bentuk, perbedaan juga terdapat pada motif. Anjat adalah tas yang
bermotif, sedangkan dondoy polos tanpa motif yang biasanya menggunakan rotan
yang tidak diberi warna hitam. Penganyam seperti Mamak Martha biasanya sesuai
dengan pesanan. Setelah pesanan selesai maka mereka membuat anjat dengan motif
lain yang mereka inginkan. Bagaimanapun juga mereka masih mempertahankan motif
lokal, contohnya adalah motif mata salem, mata tombak. Motif lain yang unik
adalah ‘rudian’. Sejarahnya motif ini
ditemukan oleh seseorang yang dianggap memiliki kelainan jiwa di Kampung Teluk
Sumbang yang bernama Rudian yang bermimpi tentang motif tersebut, kemudian dia
anjat dengan motif yang ada dalam mimpinya. Itulah mengapa motif tersebut
disebut motif rudian.
Patikan kamu tahu apa yang kamu
mau.
|
Menganyam bersama adalah budaya yang menarik |
Instagram: @marthaethnic.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar