Hari ini begitu panas aku
rasakan. Tak seperti hari-hari kemarin saat aku berada di kota empek-empek.
Kota yang menyimpan banyak tempat wisata menarik tersebut tak sengaja menarik
seluruh jiwa dan ragaku ke sana. Mau tidak mau aku harus meluangkan waktu untuk
menyelesaikan sebuah misi rahasia di sana.
Beruntunglah aku karena misi
tersebut datang pada saat ujian akhir semester tiga pada perkuliahanku di
Institut Pertanian Bogor telah usai. Langsung saja aku bersiap untuk berangkat
ke kota Palembang. Sebelum itu terlebih dahulu aku menuju ke Jakarta untuk
memperjelas misi yang harus ku selesaikan. Esok harinya aku tancap gas,
walaupun pak supir yang menginjak gas bus nya menuju ke pelabuhan Merak. Aku
sengaja tidak menunggangi pesawat untuk menuju ke kota tujuan. Bukan karena
takut setelah kecelakaan Air Asia, namun karena uangku pas-pasan. Dengan uang
lima puluh ribu rupiah aku diantarkaan bus kota sampai pelabuhan Merak. Barulah
sesamainya di sana aku menyebrangi lautan dengan kapal yang harga tiketnya adalah
lima belas ribu rupiah untuk sampa di
pelabuhan Bakauheni. Saat kapal menepi, mulailah pemuda-pemuda ini beraksi,
para penumpang melemparkan koin kepada mereka. Itulah cara mereka mendapatkan
uang, sungguh membahayakan, tapi mereka seperti tak memiliki rasa takut.
Di bakauheni aku memilih
beberapa bus yang bisa mengantrkanku ke terminal Rajabasa. Sore itu aku sengaja
menuju ke rumah kos temanku terlebih dahulu, karena perjalanan ke Palembang
masih jauh. Bus tersebut berpenumpang sangat paat, dan sialnya teryata bus yang
ku naiki tidak memiliki fasilitas AC. Pantas saja harganya murah, hanya dengan
Rp25.000 aku sampai di terminal Rajabasa.
Semalam istirahat di Lampung,
aku pun melanjutkan perjalanan ke Palembang di pagi harinya. Kala itu sedikit
melakukan kesalahan teknis. Harusnya aku memesan tiket kereta pagi dari stasiun
tanjung karang menuju Palembang yang harganya Rp30.000, namun hal itu tidak ku
lakukan. Hasilnya adalah aku harus menggunakan bus kembali, yang tentunya
dengan harga yang lebih mahal, yaitu Rp125.000.
selama 12 jam perjalananku melewati lintas timur Sumatera dengan jalan
yang berkelok, naik turun, dan seringkali berlubang membuat badanku serasa
remuk berkeping-keping.
Tempat yang pertama aku tuju
adalah sekertariat Mapatri Universitas Tridinanti, karena tidak ada tempat lain
untuk ku beristirahat. Sepuasnya aku beristirahat semalaman di sana. seperti
biasa, namanya saja Palembang, aku selalu di suguhi empek-empek, jajanan yang
tidak pernah membuatku bosan. Pada malam hari berikutnya aku diajak berkeliling
kota Palembang nan berwarna itu. Kami mengelilingi jembatan Ampera, Benteng
Kuto Besak, Monpera, dan gelora Sriwijaya. Betapa bahagianya kami, sehingga
beban misi yang kubawa agak terasa ringan.
Esok hari baru kuselesaikan apa
yang menjadi tujuanku. Agar aku bisa melakukan hal laain yang semacam liburan,
yaa jauh-jauh ke pulau orang tidak akan puas jika tidak mencicipi apa yang
pulau itu miliki. Karena ini adalah pertama kalinya aku menginjak Sumatera.
Misi telah selesai, dan akhirnya
aku bisa makan dengan nikmat dan sangat menikmatinya. Lidahku merassakan aneka
rasa makanan khas kota itu, mulai dari empek-empek biasa, empek-empek kulit,
empek-empek isi, model, kemplang, sambal tempoyak, kopi pagaralam, dan mie
tek-tek secara bergantian setiap harinya. Satu hal lagi yang sangat terkesan
adalah cairan cuko dengan rasanya yang khas lidah palembang berhasil membuatku
sariawan, asam dan pedas, namun tetap lezat, sangat cocok untuk orang yang
menyukai cita rasa pedas.
Di sanalah aku belajar. Aku bisa
menerima segala kaarakter seseorang, aku bisa mendekatkan diri dengan orang
yang hampir renggang, aku bisa bersama orang-orang yang sangat menghargai
perasaan orang lain. Dan aku bisa merasakan indahnya tertawa. Kami selalu bernyanyi
dan tak pernah meraskan kesedihan.
Dan akhirnya aku mendapatkan
bonus berupa naik gunung Dempo 3159 MDPL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar