Ilmu adalah sesuatu yang terus
bertambah. Pertambahan ilmu akan semakin cepat ketika ilmu itu sendiri semakin
sering ditularkan kepada orang lain. Cara berbagi ilmu tidak hanya dilakukan di
dalam kelas seperti halnya pelajaran di jenjang sekolah dan perguruan tinggi.
Alam adalah guru paling besar yang bisa mengajarkan kita tentang kehidupan yang
benar-benar nyata. Hidup berdampingan dengan makhluk lain, seperti hewan dan
tumbuhan. Ketika sang guru besar dan kita bersatu saling mengajarkan suatu
ilmu, maka maka ilmu akan semakin berkumpul dan bersiap menuju orang-orang yang
benar-benar membutuhkan.
Sebelum melakukan ekspedisi, kami
terlebih dahulu belajar tentang apa saja yang akan kami lakukan di lokasi
ekspedisi. Setidaknya kami telah memahami ilmu tersebut. Kami tidak akan
melakukan ekspedisi tanpa suatu ilmu yang kami bawa.
Masyarakat kampung Merabu umumnya
memiliki kebiasaan berkegiatan di hutan. Selain itu mereka juga sering kali
memasuki gua dan cerukan untuk sekedar beristirahat maupun memanen sarang
walet. Sayangnya mereka belum sepenuhnya bisa melakukan hal yang lebih dalam
berkegiatan di gua. Kebanyakan dari mereka hanya menjadi pengantar atau porter bagi pengunjung yang akan
melakukan pemetaan di gua. Sangat banyak gua yang ada di karst Merabu, sebagian
diantaranya sudah ada peta guanya yang dibuat oleh ahli perguaan dari luar
Merabu sendiri. Harapan dari pengurus kampung Merabu adalah agar para warganya
terutama para pemuda mengikuti jejak para pendatang yang dapat membuat dan mendeskripsikan
peta gua.
Harapan pengurus kampung mirip
dengan harapan kami. Kami tidak ingin kekayaan yang mereka miliki bahkan tidak
mereka pahami sendiri. Justru orang-orang di luar dari merekalah yang lebih
paham akan kekayaan mereka.
kanan Henri, kiri Daud melakukan pemetaan di Gua Sedepan Bu (dok-L) |
Kami ingin mereka dapat membuat
peta gua dan mendeskripsikannya, melakukan analisis vegetasi, dan yang paling
penting adalah bagaimana mereka menjaga semua itu. Untuk itu kami menularkan
ilmu yang sudah kami dapat sebelumnya. Hal pertama yang kami kenalkan adalah
peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan semua itu. Dalam pemetaan gua kami
mengenalkan meteran sebagai alat pengukur jarak, kompas senagai alat penunjuk
arah, klino sebagai pengukur kemiringan, laser disto sebagai alat pengukur
ketinggian, serta alat tulis yang digunakan untuk mencatat segala sesuatu yang
di dapatkan di gua.
Deki melakukan pencatatan dan pendeskripsian di gua Sedepan Bu (dok-L) |
Dalam mendeskripsikan tentang
gua, diperlukan juga data biota gua. Untuk mengetahuinya maka alat-alat yang
dibutuhkan dalam pengambilan biota gua juga perlu dikenalkan kepada mereka. Alat
simpel yang kami kenalkan adalah pinset untuk mengambil biota agar biota
tersebut tidak rusak, botol sampel untuk menyimpan biota yang didapatkan, alkohol
untuk mematikan dan mengawetkan biota yang didapatkan, alat tulis untuk
menandai botol sampel, serta alat penjebak biota gua yang meliputi pitfall dan aquatic trapping.
Selain di gua, ilmu yang kami
miliki tentang analisis vegetasi hutan juga perlu kami tularkan kepada mereka. Seperti
biasa kami mengenalkan terlebih dahulu alat apa saja yang dibutuhkan dalam
melakukan analisis vegetasi. Alat-alat tersebut meliputi meteran sebagai
engukur jarak dan keliling suatu tumbuhan, kompas sebagai penunjuk arah, serta walking stick sebagai pengukur tinggi
suatu tumbuhan.
Setelah dikenalkan, langkah selanjutnya
adalah memberi demo cara pemakaiannya serta menemani mereka untuk mencoba
melakukannya sendiri. Karena pada dasarnya ilmu yang ditularkan dalam bentuk
materi tidak akan bertahan lama jika tidak dibekali dengan praktik.
GPS adalah salah satu dari
berbagai alat yang sangat dibutuhkan dalam melakukan sebuah kegiatan. Pengenalan
GPS bertujuan agar setiap orang setidaknya memiliki keahlian dalam menentukan
titik dimana berada dalam peta. Kelanjutan dari hal tersebut adalah masyarakat
dapat menentukan dimana gua dan hutan yang mereka petakan dan deskripsikan
dapat ditandai dalam suatu peta. Keuntungan yang lebih terasa adalah akan
bertambahnya data belum dimiliki dari kampung Merabu. Tentunya dengan kebanggan
tersendiri jika peta yang dihasilkan adalah merupakan karya asli masyarakat kampung
Merabu.
Bahrul sedang mentansfer ilmu seputar GPS kepada beberapa pemuda kampung Merabu (dok-L) |
Keren!
BalasHapusTerus menulis ya. Kalau banyak postingan gini kan enak.. Kalo ada yg sering nulis, kita jg ikut semangat jadinya..
Aku setuju sama kamu, ilmu itu harus ditularkan ke orang terutama mereka yang memang membutuhkanya. Jika dalam tulisan kamu ya masyarakat lokal itu, biar mereka lebih paham lingkungannya.