Betapa kagetnya
kami saat pertama kali menginjakkan kaki di Kampung Merabu. Semua terlihat
gelap dan tak ada yang bisa kami lihat. Cahaya senter membantu kami berjalan
menuju rumah berwarna hijau yang terlihat terang. Disanalah kami beristirahat.
Maalam itu langit menemani istirahat kami. Banyak orang telah mempersiapkan
hidangan untuk kami. Sembari menikmati teh hangat dan rebusan pisang, kami
bercerita bersama warga Kampung Merabu. “kampong ini memiliki banyak tempat
menarik yang bias kalian kunjungi”, ucap Pak Franly Oley seorang kepala Kampung
Merabu.
Pagi datang
membawa sang mentari yang memberi senyum semangatnya kepada kami. Mata kami
disuguhkan pemandangan kampong yang bersih, nyaman, dan masyarakatnya yang
ramah. Di sebelah rumah yang kami tinggali mengalir dengan tenang air sungai Lesan.
Masyarakat terlihat sedang mandi dan mencuci baju di sana. Pemandangan yang sangat
jarang kami jumpai. Seorang ibu dengan lembut memandikan anaknya sembari
menunggu rendaman cuciannya. Mungkin ini adalah salah satu yang mearik menurut
sang kepala kampong semalam.
Sebelum memulai
kegiatan yang sudah kami rencanakan, terlebih dahulu kami mengenal Kampung
Merabu. Kami berjalan menyusuri setiap sudut kampong tersebut.
Bangunan-bangunan yang dijadikan kantor untuk urusan pemerintahan tersebar
rapih di sana. Ada Kerima Puri, kantor kepala kampung, balai kampong,
puskesmas, sekolah dasar, gereja, dan rumah-rumah warga yang berjajar rapih
dengan bentuk yang relatif sama.
Saat memasuki
kantor kepala kampong, kami dilihatkan peta kampong, foto-foto keadaan kampong,
serta banyak tempat menarik yang diceritakan Pak Franly semalam. Banyak tempat
menarik di sana yang telah beberapa kali diinjak pengunjung, bahkan diliput
oleh salah satu acara di stasiun televisi swasta. Semakin tidak sabar kami
melihat secara langsung betapa indahnya tanah Merabu.
Siang menjelang
sore adalah saat yang tepat untuk menikmati keindahan Kampung Merabu yang sudah
di benak sejak kemarin. Sungai Lesan adalah tempat pertama yang kami kunjungi,
karena letaknya yang sangat dekat dengan tempat kami tinggali tepatnya ada di
samping rumah tinggal kami. Aliran sungai Lesan yang tenang dan jernih sangat
cocok untuk berenang sekaligus menjala ikan. Kami diantarkan menikmati sungai
lesan dengan dua pemuda Merabu menggunakan ketinting. Ketinting adalah alat
transportasi yang digunakan untuk berjalan di sungai. Bahan bakar yang
digunakan agar ketinting bisa berjala adalah bensin. Sungai lesan biasa
dijadikan tempat mencari ikan bagi masyarakat Kampung Merabu. Selain itu sungai
tersebut juga menjadi tempat bermain yang menyenangkan bagi anak-anak Kampung
Merabu. Di sana mata mata kami dipersilahkan secara otomatis untuk menikmati
keindahan sungai Lesan secara gratis.
Sembari
melakukan pengambilan data di dalam gua, secara tidak langsung kami menikmati
kesunyian dan kegelapan gua yang amat mengagumkan. Di Kampung Merabu telah
tercatat terdapat lebih dari delapan puluh titik gua. Sebaran gua sendiri
sangat beragam, mulai dari gua horizontal hingga sistem gua vertikal. Setiap
gua juga memiliki keunikan tersendiri. Ada beberapa gua yang memiliki keunikan
cap tangan dan lukisan gua purba, aliran sungai dalam gua, maupun gua yang
memiliki semacam jendela-jendela gua sehingga dapat memancarkan sedikit sinar
sebagai peneraangan dalam kegelapan. Pemandangan yang disuguhkan dalam gua
antara lain adalah hiasan-hiasan gua atau familiar disebut ornamen gua. Terasa
sangat damai ketika mengamati proses air yang mengalir di setiap ornamen gua
tersebut. Saat itu kami merasakan bahwa hidup berjalan sangat pelan dan
bertahap yang kemudian akan berakhir di sutu tempat layaknya tetesan air yang
menetes dari ornament satu ke yang lain.
Tidak cukup
dengan sungai lesan dan keindahan bawah tanah saja. Masih banyak lagi tempat
wisata yang harus dikunjungi. Telaga Nyadeng, Puncak Ketepu, Danau Tebo, dan
gua-gua cantik yang ada di sana. Telaga Nyadeng dan Puncak Ketepuk adalah
tempat berikutnya yang kami nikmati keindahannya setelah selesai pengambilan
data. Perjalanan menuju telaga Nyadeng sangatlah mudah dijangkau, cukup dengan
jalan kaki maupun menggunakan ketinting. Hanya
membutuhkan waktu maksimal satu jam untuk mencapai telaga Nyadeng dari Kampung
Merabu. Ketinting digunakan jika melewati jalur sungai lesan. Setelah sekitar
setengah jam sampai di pintu masuk telaga Nyadeng (disana ada plang tanda masuk
telaga Nyadeng), ketinting di parkirkan, lalu dilanjutkan dengn berjalan dua
puluh menit menuju telaga Nyadeng. Kondisi jalannya cukup landai, maka jangan
khawatir bagi orang yang jarang melakukan tracking.
Berjalan di sana sejuknya udara begitu terasa, karena hutan masih alami dengan
pepohonan besar yang melindungi kami dari panasnya matahari.
Sampai di tempat
yang dituju kami terkagum dengan keadaannya. Air yang jernih memantulkan
birunya. Ikan-ikan bergerombol nampak seperti aquarium dengan ukuran besar.
Konon telaga air di telaga ini sudah pernah diteliti oleh beberapa ahli air dan
air di sana aman untuk langsung diminum. Dalamnya telaga ini juga pernah
diukur, yaitu sekitar 80 meter. Kicauan burung di siang hari ikut menyambut
kedatangan kami. Tanpa ragu beberapa dari kami berenang di segarnya air telaga
tersebut.
Di dekat telaga
Nyadeng, terdapat puncak bernama Puncak Ketepuk yang merupakan salah satu
tempat tujuan favorit para pendatang. Kami berkesempatan menikmati pemandangan
tower-tower karst yang menjulang dari puncak tersebut. Untuk menuju Puncak
Ketepuk harus melewati jalan yang menajak terjal berbatu dengan kemiringan
hampir 45 derajat. Perjalanan yang sangat melahkan itu memakan waktu lima puluh
menit bagi kami tanpa membawa beban ransel. Biasanya masyarakat Merabu hanya
memerlukan tiga puluh menit dari telaga Nyadeng untuk sampai di Puncak Ketepuk.
Lelahnya perjalanan akan hilang dengan sendirinya ketika memandang luas
keindahan seluruh Merabu dari Puncak Ketepuk.
Di Kampung
Merabu juga memiliki pesona yang lain yang lebih indah lagi. Hanya saja perlu
waktu dan energy yang banyak untuk menuju tempat tersebut. Perjalanan yang
memakan waktu berhari-hari dengan jalan yang terjal menanjak. Di Danau Tebo
sendiri memiliki pemandangan yang begitu cantik. Di sana pula masih sangat
mudah ditemui hewan-hewan liar yang sedang melakukan aktivitasnya
masing-masing.
Sungguh
benar-benar masih asri dan asli keadaan di Kampung Merabu. Saya sendiri ingin
kembali ke sana utuk berbaurr dan menikmati ciptaan Tuhan yang luar biasa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar