Tak seperti
biasanya, kali ini pukul 7 pagi kami sudah antre mandi. Rumah yang kami tempati
hanya memiliki satu kamar mandi. Secepat-cepatnya mandi, pastilah Sonia yang
selalu mengawali. Hal ini terjadi karena semalam kami telah menyusun agenda
untuk hari ini. Kami berbagi tugas, namun ada tugas besar bersama yang harus
kami lakukan bersama. Yaitu pelatihan pembuatan nugget tahu di Kampung Cilame
RW 4 Desa Tambakbaya dengan ibu-ibu yang tak memiliki waktu luang.
Menjelang siang
setelah tugas yang dibagikan selesai, saatnya kami bersama menuju Kampung
Cilame. Ada sedikit kekhawatiran yang membuat kami sedikit gelisah jika
kegiatan ini sepi. Kami menghitung langkah sembari berbincang selama perjalanan
di jalan yang menanjak. Aku merasa senang ketika mendapat senyum sapaan warga
yang bertemu untuk mendahului ataupun berpapasan. Beberapa aktivitas terlihat
dari mereka. Ada anak-anak kecil sedang berjalan dengan tangan yang membawa
jerigen air. Kampung Cilame memang terkenal dengan tempat yang susah
mendapatkan air. Mereka harus mengangkutnya dari bawah. Warga yang tidak
memiliki pompa air harus rela mengangkutnya ember demi ember ke rumahnya. Ada
juga bapak-bapak yang turun terlihat seperti baru pulang dari ladang, karena
dia membawa cangkul dan memakai sepatu boot serta pakaiannya yang kotor. Ada juga
gerombolan remaja berseragam yang berjalan menanjak sambil bergurau dengan
temannya, mereka baru pulang sekolah.
Kami disambut
hangat oleh warga Kampung Cilame. Rumah Bu Mumah dipilih untuk melakukan
pelatihan ini, karena dirasa tempatnya yang strategis, dekat dengan warga lain,
dapur dan alat-alat yang memadai. Karena kami hanya bisa menyediakan bahan
untuk nugget tahu saja, kami butuh pinjaman alat. Kami ikut mempersiapkan alat
yang dibutuhkan, beberapa alat dikeluarkan dari lemari khusus bagi
barang-barang yang sepertinya jarang dipakai. Sembari menunggu pukul 2 siang
(undangan untuk para ibu), kami berbincang sedikit dengan pemilik rumah. Bu
Mumah yang ramah memberikan kami makanan ringan yang sebagian besar dibuatnya sendiri.
Belum juga
sampai pada waktu yang kami sepakati bersama, sebagian warga sudah hadir dengan
perasaan tak sabar yang terlihat dari raut wajahnya. Beberapa menit selanjutnya
dapur Bu Mumah penuh, hingga ada beberapa orang yang harus rela mengikuti
pelatihan dari luar. Seeekali ada ibu yang melongokan kepalanya dari pintu. Terdengar
bisikan ibu-ibu yang berada di luar “Naon tah resepna? (Apa tuh resepnya?)”,
serta pertanyaan lain yang tidak ku mengerti artinya dikarenakan mereka berbicara
dengan bahasa sunda.
Anak-anak lebih narsis, ibu-ibu sembunyi di belakang layar |
Dengan lantang Baskoro yang kelahiran Medan dan Ninis asal Bekasi menjelaskan langkah-langkah
membuat kreasi makanan bergizi itu. Beberapa ibu ikut membantu mengaduk adonan
bahkan hingga menggoreng. Ternyata kekhawatiran yang tadi kami rasakan tidak
berlaku. Ternyata mereka begitu antusias mengikuti kegiatan ini, banyak
pertanyaan yang muncul dari mereka. Sebisa mungkin kami jawab dengan senang
hati.
Anak-anak
menunggu di dekat penggorengan dengan harapan lebih cepat mendapatkan
nuggetnya. Hanya butuh satu sampai dua jam saja nugget tahu selesai digoreng
dan membuat mereka saling berebut. Tapi kami punya cara untuk menenangkan
dengan mengajak mereka berbaris di depan rumah sekaligus untuk berfoto bersama sambil memegang nugget bersama. Senang
bukan main ketika bisa berbagi ilmu dan pengalaman walau tak banyak. Intinya senyum
mereka adalah senyum kami juga. Selain berkreasi dalam membuat makanan, ada
juga pesan yang terselip dalam kegiatan ini, yaitu menghimbau ibu-ibu untuk
membuat makanan sehat sendiri untuk anak, karena makanan ringan yang dijual
bebas belum tentu terjamin kesehatannya. Anak Indonesia harus kreatif dan sehat.
Selain di Kampung Cilame RW 4 Desa Tambakbaya, pelatihan pembuatan nugget tahu juga akan dilaksanakan di setiap RW dengan harapan pengetahuan yang kami bagikan dapat tersebar menyeluruh ke semua warga.
Twitter: @viedela_ve
IG: ViedelaAK
WA: 085742283163
Tidak ada komentar:
Posting Komentar