Pejabat ngga mau kalah minum air minum dalam kemasan |
Beberapa hari yang lalu saya
mengikuti sebuah pelatihan di Jakarta. Sebuah kantor lembaga konsultan
komunikasi media online. Kami dilatih untuk membuat konten yang unik sehingga
banyak audience atau pembaca yang tertarik ketika kita melakukan publikasi. Saat
itu salah satu kasus yang dia gunakan sebagai contoh adalah bagaimana konten
yang baik untuk mengajak orang agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Saat
itu saya tertawa dalam hati, namun sangkin lucunya membuat saya tidak bisa
menahan suara cegukan keluar dari mulut saya. Presentator itu berkata “Saya
juga benci sekali dengan sampah plastik, terutama kan saya suka olahraga
menyelam, ketika sedang menyelam da nada plastik saya rasanya ingin marah-marah”.
Awalnya tidak ada yang aneh jika hanya mendengar kalimat itu, namun yang
membuat saya tisak habis pikir adalah, dii mejanya terdapat makanan ringan yang
dibungkus plastik dan air mineral kemasan botol plastik yang sekal pakai. Aku bisikkan
kepada teman di sebelah saya, dia masih memaklumi karena menurutnya itu adalah
kepentikan presentasi. Namun saya yakin bahwa kebenciannya terhadap plastik
tidak murni, itu adalah kalimat buatan yang dia harap dapat membuatnya keren di
mata orang lain.
Pelatihan terlewati sudah
setengah jalan, saatnya istirahat untuk makan siang. Saya duduk di meja panjang
bersama peserta lainnya. Presentator tadi duduk di sofa hitam dengan sekotak
nasi di tangannya. Karena merasa harus, akhirnya dia pun minum, dari sebuah
botol plastik sekali pakai yang berbeda dari dalam ruangan tadi. Artinya hanya
dalam waktu hitungan jam, dia sudah memproduksi minimal 2 botol air mineral
yang nantinya entah mau dikemanakan. Bisa jadi untuk menemani dirinya diving di
laut nanti. Setelah makan siang, kami bersiap untuk belajar lagi di dalam
ruangan. Presentator sudah masuk terlebih dahulu untuk mempersiapkan segala
sesuatunya. Ku lihat lagi di meja yang berpasangan dengan sofa hitam. Rupanya botol
mineral tadi masih ada tertinggal di sana. Mungkin dia berfikir “Ah nanti ada
OB yang bantuin bersihin”. Tapi bukan itu poin pentingnya. Maksutnya kenapa
orang yang bisa bilang kalau dirinya terganggu dengan sampah masih bertingkah
tidak bertanggung jawab terhadap sampahnya sendiri ya. Saya bingung harus sedih
atau tertawa, tapi itulah kenyataannya.
Ada botol minum kemasan sekali pakai diantara hangatnya suasana rapat dengan RI1 |
Bisa jadi kebiasaan ini sudah
diwariskan turun temurun. Tapi kebiasaan juga bisa diubah sih. Ini kasus yang
sedikit mirip. Seperti yang dilakukan oleh kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan yang membuat peraturan mengenai masalah sampah. Implementasinya adalah
pertemuan atau rapat menyuguhkan air minum dalam kemasan sekali pakai,
seringkali makanan ringan juga terbungkus oleh plastik. Tidak hanya waktu
rapat, air mineral dalam kemasan selalu tersedia di beberapa sudut ruangan. Kebiasaan
membawa botol minum sendiri salah satunya adalah karena tidak tersedianya air
siap minum yang diberikan di seluruh tempat umum. Himbauan membawa botol minum
sendiri kadang disalahartikan. Ada teman saya yang sudah terbiasa membawa botol
minum, tapi lucunya adalah karena ketika air yang dibawa dari rumah telah habis
maka dia akan membeli air minum dalam kemasan dan memindahkannya ke botol yang
dia bawa. Membningungkan. Ini salah saiapa? Setidaknya jika dia tidak membawa
botol dari rumah artinya dia memproduksi 2 sampah botol mineral sekali pakai. Namun
karena dia membawa botol sendiri, maka dia hanya menghasilkan 1 sampah botol
saja.
Tapi ini bukan hal pemakluman. Untuk
mengatasi masalah sampah harus ada kerjasama antarpihak. Masyarakat harusnya lebih
sadar untuk bertanggungjawab atas sampahnya sendiri. Pemerintah juga harusnya
memprogramkan pengadaan kebutuhan untuk mengurangi penggunaan sampah, contohnya
seperti menyediakan kran air siap minum di area umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar