Bumi adalah satu-satunya planet di dunia yang
dapat ditinggali oleh manusia. Hal itu berkaitan dengan ketersediaan oksigen,
air, dan beberapa materi lain yang mendukung kelangsungan hidup manusia. Namun belakangan
ini bumi sedang mengalami berbagai ancaman. Beberapa ancaman tersebut
disebabkan karena kegiatan manusia.
Salah satu yang manusia lakukan adalah
memproduksi sampah yang berlebihan. Samakin hari sampah semakin banyak. Selain
memproduksi, manusia juga malas untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Sehingga
berujung menjadi berserakan di seluruh tempat. Seringkali ditemukan sampah yang
menggantung di atas pohon, sampah yang tertumpuk di atas tanah hingga terpendam
di dalam tanah tersebut, di pinggiran trotoar yang dapat mengganggu para
pejalan kaki, sampah di selokan, di sungai, hingga sampah yang terdampar hingga
di tengah laut.
Sampah mengganggu ekosistem yang berlangsung
di bumi. Karena sampah dapat termakan oleh satwa liar yang menybabkan kematian
pada satwa tersebut. Sehingga keseimbangan rantai makanan akan terganggu. Kemudian
berdampak pada lingkungan sebagai habitat satwa tersebut. Misalnya sampah yang
termakan oleh monyet yang ada di hutan yang menyebabkan monyet mati, maka hutan
akan hilang karena kehilangan salah satu hewan penyebar benih pohon. Pada
akhirnya manusia juga aka merugi karena kesulitan mendapatkan air dan oksigen
yang seharusnya dihasilkan oleh pohon. Sampah juga yang seringkali membuat
banjir karena mengambat aliran air di sungai. Hal yang paling buruk adalah
sampah yang membuat air menjadi kotor dan tidak sehat, pada dasarnya kita akan
selalu butuh air, sehingga mau tidak mau kita harus mengkonsumsi air yang
terkontaminasi oleh sampah. Selain itu seringkali tanpa sadar juga kita
mengkonsumsi ikan laut yang mengandung mikroplastik, karena sampah yang sudah
lama berada di laut akan terurai menjadi
mikroplastik yang termakan oleh ikan atau hewan lainnya di laut. Ini sangat
mengerikan.
Keberadaan Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki (Tasikoki Animal Rescue and Education Centre) ada
untuk membantu pemerintah dalam menyelesaikan persoalan mengenai satwa liar. Seluruh
program yang dibuat semata-mata untuk menyelamatkan lingkungan. Salah satu
programnya adalah kunjungan sekolah, dapat berupa dikunjungi atau mengunjungi
sekolah. Kegiatan dalam kunjungan sekolah dikemas dengan berbagai cara seperti
materi kelas dan praktik di lapangan. Edukasi peserta kunjungan sekolah akan
lebih tersampaikan dengan materi yang dilanjutkan dengan praktik.
Salah satu kegiatan praktik lapangan adalah
penanaman pohon dan bersih-bersih. Pentingnya melakukan kegiatan selalu
disampaikan sebelum praktik agar peserta akan mengikuti rangkaian kegiatan
dengan penuh kesadaran, bukan karena keterpaksaan. Pada 3 kesempatan kunjungan
sekolah di awal tahun 2018, diantara bulan Maret-April ini kami selalu
melakukan bersih-bersih di Pantai Tasikoki dan Pantai Tulap. Terlebih karena
Pantai Tulap adalah lokasi peneluran penyu. Jika banyak sampah di sana maka
penyu akan terganggu, dalam proses ibu penyu dalam bertelur maupun bagi penyu
yang baru menetas untuk menuju ke laut. Namun kami selalu mendapatkan banyak
sampah hingga kunjungan sekolah ke tiga. Sampah tersebut berupa kantong plastik,
botol plastik, sisa medis, kemasan kosmetik, alat dapur, alat elektronik, styrofoam,
korek, pakaian, sandal, sepatu, popok, dan lain sebagainya. Beberapa sampah
berasal dari daratan, beberapa juga berasal dari tengah laut yang terbawa oleh
ombak hingga kembali mendarat di pantai.
Jumlah yang diangkat dari pantai selalu
banyak. Bisa dibayangkan jika sampah tersebut tidak diangkat maka akan
berdampak sangat buruk bagi lingkungan. Kesadaran manusia sangat diperlukan
untuk menyelesaikan permasalahan sampah bersama. Melakukan bersih-bersih tidak
akan pernah cukup jika manusia masih tetap membuang sampah dimanapun. Hal paling
kecil yang bisa dilakukan adalah membawa alat makan dan minum sendiri yang
dapat digunakan ketika akan membeli minuman dan makanan di luar, seharusnya
juga membawa tas yang dapat digunakan berkali-kali agar dapat digunakan ketika
berbelanja. Selain itu kita juga harus bijak dalam menggunakan barang, pilih
sebaik mungkin sehingga konsumsi sampah tidak terlalu banyak. Jika terpaksa
menggunakan barang yang berbahan plastik atau lainnya yang dapat mengganggu
ekosistem maka lakukan pengolahan ulang sehingga tidak langsung dibuang.
Bumi adalah milik kita semua, kita hanya
meminjamnya dari generasi berikutnya. Sehingga jangan sampai kita mewariskan
bumi yang rusak dan sumber daya yang tidak layak pakai untuk mereka. Mari
saling mengingatkan untuk menjaga bumi ini. Selamat Hari Bumi 2018!
Sa suka penjelasan sampah yg terkumpul cukup detil. Sampah popok bayi, pampers orang tua, woman pad / bekas mens, itu adalah sampah yg mengganggu banget. Nyangkut di aliran air saat dibuang ke sungai biasanya. Gak tahu juga bagaimana TPA mengolah sampah begituan. Kombinasi antara bauk dan plastik yg susah terurai. Pernah ngamatin berapa lama sampah bekas woman pad? Ada nih photonya, sisa plastik setelah dikubur lebih dari 6 bulan, tetep lho. Ada semacam serat plastik yg tidak terurai tanah. Mungkin bijak jika ditambahkan ajakan untuk perempuan aktif agar menggunakan pad yg ramah lingkungan???
BalasHapus