Halo
penggiat alam bebas, saya akan menceritakan hobi saya dalam memanjat. Mungkin
udah bawaan sejak lahir saya suka panjat-memanjat. Meja, plavon, dan pohon
adalah beberapa benda yang saya pajat dari kecil. Nah, sekarang saya sedang
memperdalam ilmu panjat yang lebih serius dan terarah di salah satu Unit
Kegiatan Mahasiswa besar di IPB, yaitu Lawalata. Selain itu saya juga sedang
belajar memanjat (climbing) dengan suatu perkumpulan bernama DSP.
Perjalanan menuju Tebing Ciampea |
Kami
berlatih boulder dimana saja, seperti GOR Padjadjaran setiap Rabu dan Jum’at, di tebing Karst Ciampea pada hari
Minggu, dan lain
sebagainya. Ditambah lagi
latihan fisik sendiri di rumah masing-masing seperti push-up, sit-up, dan yang
paling penting adalah pull-up utuk
melatih kekuatan tangan.
Hari
Minggu adalah waktu yang paling saya tunggu, karena itulah saatnya kami manjat
tebing. Tebing Karst Ciampea yang akan kami panjat berada di sekitar lapangan
tembak TNI di Ciampea. Kami harus berjalan menanjak terlebih dahulu sekitar 20
menit dari jalan raya. Setelah tebing tepat di depan muka saatnya memasang tali
(kern mantle) di jalur pemanjatan. Di Tebing ini ada belasan jalur, seperti
jalur kambing, putih, strowbery, tiram, dan lainnya. Jalur tersebut beragam
dengan level kesulitan masing-masing.
Tali
telah terpasang, saatnya memanjat. Tapi persiapkan dulu alatnya terutama yang
menempel pada badan, seperti harnest, sepatu khusus panjat, chalk bag beserta
isinya, dan yang pasti ada belayer dengan alatnya yaitu harnest dan grigri atau
figue of 8. Kami menjunjung tinggi keselamatan dan etika memanjat. Kami selalu
belajar menghormati alat, karena alat adalah Tuhan kami saat memanjat. Jika
kami lalai dalam penggunaan alat dan membuatnya rusak, maka bayarannya bisa
jadi adalah nyawa kami sendiri.
Memanjat di Tebing Ciampea |
Memanjat,
merangkat-rangkak di tebing selalu membuat adrenalin saya meningkat. Jantung
serasa berdegub lebih cepat. Fokus saya terpecah untuk memperhatikan tangan,
pijakan kaki, dan badan agar tidak jatuh sebelum sampai pada tujuan.manjat
tebing itu bisa melatih kesabaran, tanggung jawab, koordinasi yang baik dengan
belayer, dan mengatur ego yang seringkali bergejolak. Selain berkeringat yang
membuat badan sehat, hobi ini membuat saya bisa tertawa dan melepaskan segala
beban pikiran yang berhari-hari terpendam.
Senja penutup kelelahan setelah manjat |
Jatuh, tergesek dengan tebing,
dan menggantung di tali adalah hal yang biasa terjadi saat memanjat. Bagaimanapun
kami harus selalu mencoba untuk menikmati kelelahan dan istirahat di puncak
pemanjatan. Kebanggaan mucul dengan sendirinya diiringi pemandangan kemerahan
saat matahari tenggelam.
Terusalah memanjat, karena bukan hanya tebing yang harus dipanjat. Cita-cita juga harus dipanjat hingga diraih puncaknya. karena setelah mencapai puncak, rasanya tak lain adalah sebuah kepuasan dan kebanggaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar