Bersyukur bahwa Buku Hasil
Ekspedisi Tanah Borneo yang berjuduk “Kampung Merabu, Serpihan Surga Rima Puri
Tanah Borneo” telah selesai dibuat. Awalnya aku tak yakin buku ini akan
selesai, karna setelah dikuatkan satu sama lain akhirnya kami mencoba memulai
terlebih dahulu tanpa memikirkan hasilnya. Bulan November 2014 lalu aku bertemu
dengan Mba Rita Mustikasari di suatu tempat secara tidak sengaja. Seminggu setelah
itulah kami janjian untuk ketemu lagi.
Setidaknya aku sudah punya
beberapa bayangan tentang cerita yang akan kami masukkan ke dalam buku
tersebut. Yang pasti kami ingin foto kami mampang di dalam buku (selalu narsis,
pengen banget dikenal orang). Salah satu dari kami nyletuk, “Kalau mau fotonya
dimasukkin ya tulis ceritanya.”, betul
sih. Oh ya lanjut, paling tidak kalau hari Minggu ga ada kerjaan aku bertemu
dengan Mba Itok (panggilan untuk Mba Rita Mustikasari) untuk sharing apa yang
telah kami tulis dan curhat dikit tentang kendala peyusunan buku kami ini.
Berbulan-bulan kami mengerjakan
ini (walaupun tidak sampai lembur setiap malam), tapi kami masih bisa
jalan-jalan. Aku sempat pergi ke Lampung, Palembang, dan melakukan kegiatan
perjalanan pajang SLK, mungkin jika aku tidak pergi buku ini bisa selesai lebih
cepat. Setelah semua dokumen tulisan dan foto terkumpul, kami kemudian menyusun
dan mengeditnya. Kami dibantu oleh Mba Itok da Mba Nonet (bernama asli Sudiah
Istiqomah) dalam pengeditan. Wow 2 orang senior ini adalah pentolan-pentolan
penulis di Lawalata IPB (organisasi kami), dengan sabarnya mendampingi dan
memberi kami pengarahan pembuatan bukudari awal hingga selesai, bahkan hingga
pempublikasian buku ini.
Cover Buku "Kampung Merabu, Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo" |
Hingga akhirnya tanggal 1 Mei
2015 buku kami sudah selesai dalam bentuk Pdf. Tanggal 2 Mei 2015 bertepatan
dengan Hari Pendidikan Nasional akhirnya kami launching buku “Kampung Merabu,
Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo” di Kedai Kopi Klotok Cibanteng Dramaga,
Bogor (sebelah kanan Kantor Pegadaian). Kami memilih Hardiknas agar kita semua
saling ingat bahwa menulis dan membaca adalah hal yang sangat penting dan
membuat kita bebas berfikir tanpa batas.
Setelah launching rasanya
seperti bisul yang pecah (walaupun aku belum pernah bisulan), lega banget. Bagus
juga tanggapannya yang secara langsung diungkapkan kepada kami maupun lewat
media sosial yang kami miliki. Beberapa orang yang memberi tanggapan
menginginkan memiliki buku ini. Kami merasa sangat berharga bisa membagi
pengalaman dengan orang lain. Kami harap dengan membaca buku ini, pembaca dapat
merasakan berada di Kampung Merabu. Menikmati
keramahan warganya, bisa berenang di Sungai Lesan, dan bercerita tentang
Bunga Inu dengan Pak Ransum (wakil kepala adat Dayak Lebo Kampung Merabu),
berpesta serta menarikan tarian Remit Bunga, dan mencicipi manisnya Madu Hutan
yang diproduksi sendiri oleh warga Kampung Merabu.
Andayani, Kasrizal, Sheila, Ve (saya) |
Twitter : @viedela_ve
Fb : Viedela AK
Email : veviedelaak@gmail.com
IG : veviedelaak
Wah.. Aku baru baca postingan kamu. Si sweet. Senangkan kan kalau bisulnya bisa pecah
BalasHapusSemangat ya. So, mulai bisulan lagi yuk. Kapan? Biar enak lagi bisa ngrasain bisul pecah dan nelorin buku. ;)