Kasepuhan
Ciptagelar adalah salah satu bagian dari Kasepuhan Banten Kidul selain Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Cisitu, Kasepuhan
Cicarucub, Kasepuhan Citorek, serta Kasepuhan Cibedug. Warganya masih
melestarikan budaya tradisional dalam kehidupan sehari-hari, sehingga disebut
Kasepuhan. Setiap hari mereka memakai baju adat berupa kebaya dan samping bagi
perempuan, serta penutup kepala atau iket bagi laki-laki. Semua warga taat
kepada aturan adat yang berlaku. Aturan adat tersebut dibuat oleh Abah, seorang
pemimpin kasepuhan yang ditunjuk oleh leluhur. Kasepuhan Ciptagelar dipimpin
oleh Abah Ugie sejak 2007. Usianya 28 tahun saat ini. Dia menggantikan ayahnya
yang bernama Abah Anom yang meninggal dunia.
Abah Ugie merupakan perantara warga Kasepuhan Ciptagelar
dengan leluhur. Dia sebagai pemimpin dapat menentukan segala hal sesuai dengan
ajaran dan wangsit dari leluhurnya, kemudian perintah tersebut harus dijalankan
warga. Warga yang tidak menjalankan perintah dari Abah akan mengalami musibah
langsung dari leluhur. Jadi warga lain akan tau jika salah satu dari mereka
mengalami musibah artinya diatelah melakukan kesahalan. Musibah tersebut dapat
berhenti atau tidak sesuai dengan perbuatannya, serta atas ijin Abah dari
wangsit yang diterimanya. Hal tersebut juga mempengaruhi pelaksanaan kegiatan
religinya didominasi oleh kepercayaan adat dan tradisi yang dari para leluhur
walaupun kepercayaan mereka adalah Islam.
Walaupun mereka sangat taat kepada aturan adat, namun
pemikiran mereka sudah terbuka. Banyak dari mereka yang sudah mendapatkan
pendidikan formal. Selain itu Kasepuhan Adat Ciptagelar sudah mulai terbuka
dengan dunia luar dengan menggunakan listrik. Namun bukan dari pembangkit
listrik negara, mereka membuat pembangkit listrik dari tenaga air yang disebut
turbin mikrohidro yang dibuat sendiri oleh swadaya warga. Hal tersebut
menunjukkan mereka sudah terbuka akan teknologi. Banyak juga warga telah
menggunakan alat-alat tradisional seperti handphone, laptop, televisi, sepeda
motor, dan lain-lain.
|
Aliran sungai digunakan untuk pembangkit listrik mikrohidro |
Kasepuhan
ini terletak di kaki Gunung Halimun yang merupakan bagian dari Taman Nasional
Gunung Halimun Salak. Secara administratif,
Kampung Ciptagelar berada di wilayah Kampung Sukamulya Desa Sirnaresmi,
Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Jarak Kampung Ciptagelar dari Desa Sirnaresmi
14 Km, dari kota kecamatan 27 Km, dari pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi
103 Km dan dari Bandung 203 Km ke arah Barat. walaupun merupakan bagian dari
administratif desa, Kampung Ciptagelar juga mempunyai pemerintahan sendiri yang
dipimpin Abah Ugie. Jadi secara langsung mereka menaati dua peraturan, yaitu
dari desa yang merupakan bagian sebuah negara, serta dari kasepuhan itu
sendiri. Kedua peraturan dimusyawarahkan dengan baik sehingga tidak menimbulkan
perselisihan.
|
Leuit (lumbung padi) |
Selain
pakaian adat, Kasepuhan Ciptagelar juga memiliki keunikan bentuk rumah. Semua
rumah warga Kasepuhan Ciptagelar berbentuk panggung. Material yang digunakan
untuk membuat rumah merupakan hasil alam, seperti kayu sebagai lantai, anyaman
bambu sebagai dinding, serta ijuk sebagai atap rumahnya. Mereka tidak
menggunakan genteng sebagai atap karena menurut mereka tidak wajar orang yang
masih hidup berada di bawah tanah (genteng terbuat dari tanah), seperti
kuburan. Selain itu warga tidak membuat rumah secara permanen karena Kasepuhan
Ciptagelar dapat berpindah kapanpun jika ada perintah leluhur. Warga kasepuhan
tidak hanya berada di wiliayah kampung tersebut, namun ada dimana-mana. Area
Kasepuhan Ciptagelar yang berada di Kampung
Sukamulya Desa Sirnaresmi merupakan pusat pemerintahan Kasepuhan Ciptagelar,
warga lain yang berada di luar area tersebut dapat dikenali dari bentuk
rumahnya. Walaupun hidup di aera lain namun dia adalah warga Kasepuhan
Ciptagelar, pasti rumahnya panggung atau setidaknya dapurnya berbentuk
panggung. Karena menurut warga Kasepuhan Ciptagelar, dapur merupakan ruangan
utama bagi sebuah keluarga. Dapur memberikan mereka kahidupan, tempat untuk
makan dan bersilaturahmi.
Seperti
yang dijelaskan di atas bahwa Kasepuhan Ciptagelar memiliki pemerintahan
sendiri yang dipimpin oleh Abah. Dia tidak sendirian mengurus kasepuhan, dia
dibantu beberapa bawahan dia yang disebut kolot. Ada beberapa kolot yaitu kolot
Girang Serat, Sesepuh Kampung, Pamakayan (Dukun
Tani), Bengkong, Juru Pantun, Indung Beurang, Dalang, Tukang Tinggar, Penghulu,
Tukang Bas (kayu/bangunan), Panganteur, Tukang Bebersih, dan Kemit. Dalam
melancarkan urusan di bumi ageung terdapat beberapa orang yang membantu, yaitu
sebagai : Candoli, Palawari, Pangejeg, dan Tukang Potong. Setiap kolot
memiliki tugas masing-masing sesuai dengan aturan dari Abah serta wangsit yang
diterima. Biasanya kolot merupakan jabatan turun temurun, atau sesuai dengan
wangsit yang didapatkan.
|
Hamparan di Ciptagelar |
Kasepuhan Ciptagelar terkenal dengan sistem pertanian yang
unik. Mereka sangat menjaga kelestarian alamnya sehingga tidak menggunakan
bahan kimia berbahaya apapun dalam pertanian. Padi merupakan komoditas
pertanian yang paling terkenal di Kasepuhan Ciptagelar. Padi hanya dipanen
sekali dalam setahun. Namun mereka tidak pernah kekurangan, justru selalu
berlebih. Sehingga mereka tidak pernah membeli beras dari luar, hal itu menjadi
larangan bagi warga Kasepuhan Ciptagelar. Pra hingga pasca penanaman merupakan
proses yang panjang. Setiap proses selalu menggunakan upacara adat. Upacara-upacara
yang berkaitan dengan kegiatan bercocok tanam adalah upacara membuka ladang,
upacara ngaseuk, upacara mipit/nyalin (upacara pendahuluan sebelum dilakukan
panen pertama), upacara seren taun (upacara adat pasca panen), upacara
nganyaran (makan nasi yang pertama kali dari hasil panen), dan upacara
ngahudangkeun (membangunkan padi yang telah didiukeun di dalam leuit sebelum
dipergunakan oleh pemilik leuit). Dari semua upacara tersebut, seren taun
merupakan upacara yang paling ditunggu oleh warga dalam maupun luar Kasepuhan
Ciptagelar.
|
Ibu-ibu sedang menumbuk padi |
Selain upacara, padi juga diistimewakan dengan cara
menyimpannya dalam lumbung. Lumbung padi dimiliki paling tidak setiap kepala
rumah tangga. Lumbung padi disebut Leuit. Bentuknya seperti rumah panggung
namun hanya memiliki satu ruangan. Kasepuhan Ciptagelar sendiri memiliki satu
Leuit Ageng yang merupakan lumbung untuk menyimpan padi dari setiap leuit-leuit
perorangan. Padi dari Leuit Ageng merupakan cadangan yang hanya digunakan untuk
acara tertentu saja dengan izin Abah. Cara meletakkan dan megambil padi di leut
juga sangat hati-hati, tidak sembarang orang dapat melakukannya.
|
Kerajinan tangan dari rotan |
Padi yang dihasilkan di tanah Kasepuhan Ciptagelar adalah
dari bibit turun temurun yang saat ini jumlahnya sudah lebih dari 120 jenis
padi. Kebanyakan merupakan hasil kawin antara bibit padi sebelumnya. Jadi
hasilnya juga berbeda dan tidak dapat ditiru dan ditanam oleh warga luar
Kasepuhan Ciptagelar. Mereka tidak mengijinkan bibit lain ditanam di sana. Padi
juga tidak diperjualbelikan. Mereka menggunakannya sendiri. Jika ada yang
membutuhkan biasanya hanya diberikan gratis sesama warga Kasepuhan Ciptagelar.
Warga luar yang menginginkan biasanya diberikan dalam bentuk yang sudah matang.
Karena padi sangat dihargai oleh mereka. Mulai dari cara mereka mengupas kulit
padi menjadi beras hingga memasaknya juga dengan cara yang berbeda. Padi
dikupas dengan cara ditumbuk dalam lesung yang terbuat dari kayu. Penumbukan
padi juga menjadi kesenian yang unik karena menghasilkan berbagai macam suara
ketukan. Ibu-ibu yang menumbuk padi seringkali bernyanyi bersama lagu dengan
bahas sunda. Hal itu yang ditakutkan jika beras diberikan kepada yang bukan
warga Kasepuhan Ciptagelar, akan perlakukan tidak sesuai dengan cara mereka
yang menjadi larangan dari kasepuhan.
|
Wayang golek salah satu budaya Ciptagelar |
Ada juga upacara lain yang dilakukan selain yang berkaitan
dengan pertanian, seperti upacara empatbelasan, upacara tersebut dilakukan
setiap bulan di tanggal 14 menurut kalender perhitungan kasepuhan. Pada hari
tersebut bulan selalu dalam keadaan purnama. Ada juga selamatan pemberian nama
dan upacara mengubur bali (ari-ari atau tembuni), upacara masa kanak-kanak bagi
anak laki-laki biasa dilakukan upacara khitanan dan upacara helaran, upacara
yang berkaitan dengan perkawinan seperti lamaran, akad nikah, dan upacara yang
berkaitan dengan kematian. Makanan yang disajikan dalam setiap upacara berbeda
dan memiliki arti masing-masing yang menjadi kekuatan mereka. selain itu juga
disuguhkan beberapa kesenian adat yang menjadi simbol bagi Kasepuhan Ciptagelar
yang ditampilkan oleh warga sendiri. Hampir semua upacara dilakukan
beramai-ramai dan mengundang perhatian warga lain.
|
Jembatan penyeberang sungai sebelum Ciptagelar |
Selain pertanian, Kasepuhan Ciptagelar juga memiliki sistem pengelolaan
hutan yang rapih dan berlaku hingga saat ini. Mereka membagi hutan menjadi tiga jenis hutan berdasarkan filosofi hidup mereka,
yaitu hutan titipan, hutan tutupan dan hutan garapan atau bukaan. Hutan titipan adalah wilayah hutan yang dijaga dan dilindungi
manusia serta roh pelindung hutan. Warga dilarang memasuki hutan titipan tanpa
seijin Abah apalagi mengambil sesuatu dari sana. Hal itu menunjukkan mereka
menjaga keseimbangan kehidupan dan tidak serakah menggunakan hasil alam. Hutan
tutupan adalah hutan penyangga yang juga berfungsi sebagai hutan lindung. Wargahanya
dapat mengambil rempah-rempah dan akar-akaran untuk keperluan pengobatan dengan
jangka waktu terstentu. Hutan tutupan dapat dibuka menjadi lahan garapan
pertanian jika keadaan mendesak untuk kepentingan seluruh masyarakat adat
Kasepuhan dan atas izin Abah. Sedangkan di hutan bukaan atau garapan,
masyarakat hanya boleh beraktivitas untuk bersawah, berladang, berkebun,
membangun rumah, membuat jalan, membangun tempat ibadah, pemakaman,
penggembalaan dan sebagainya.
Hutan tetap diistimewakan dengan adanya aturan untuk memasuki dan
memperlakukan hutan dengan baik. Sesekali ada gotong royong untuk membersihkan
hutan. Hal itu juga menunjukkan kepedulian warga Kasepuhan Ciptagelar terhadap
keberlangsungan hidup keturunannya.
Hal diatas sudah menjelaskan beberapa keunikan dari Kasepuhan Ciptagelar
yang akan sangat bermanfaat untuk diikuti caranya. Mereka yang menghargai dan
melestarikan budayanya. Mereka melakukan segala hal secara bersama-sama tanpa
pamrih. Hal yang paling penting adalah mereka yang mengelola alamnya dengan
baik, menjadikan alam sebagai sahabat yang meguntungkan. Indonesia yang disebut
negara agraris perlu mencontoh sistem pertanian yang dilakukan oleh Kasepuhan
Ciptagelar agar tidak lagi melakukan impor hasil pertanian dari negara
tetangga. Dan sebuah perbedaan setiap budaya sangat perlu dilestarikan karena
Indonesia menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap
satu.
IG : ViedelaAK
Twitter : @viedela_ve
Phone : 085692226002
|
Nyanyi ngasal Salam dari Ciptagelar |