Bulan malam ini begitu terang
keemasan, namun aku sedang bersedih, hatiku kelabu. Malam ini aku kangen banget
sama Kampung Merabu yang pernah aku kunjungi pada Juli 2014 yang lalu bersama
saudara-saudaraku di Lawalata IPB. Di Kampung Merabu kami diajarkan untuk
selalu bersemangat, berdamai, dan untuk menyadari bahwa kami harus melakukan
sesuatu untuk bertahan hidup, sesuai dengan jalan yang benar.
Saat itu aku dipertemukan dengan
sosok nenek yang menghargai sebuah kehidupan, sangat menghargai lingkungannya.
Aku tidak bisa melupakannya. Dia adalah mama dari wanita tangguh bernama Marja
Yanti. Sebelum itu aku bertemu lebih dulu dengan Mba Mar (sebutan bagi Marja
Yanti). Aku yakin dibalik sosok Mba Mar, pasti ada orang tuanya yang pasti
sangat mengasihi dengan penuh cinta dan mengajarkan cara terbaiknya untuk
mencintai sesama dan semesta. Hal itu terbukti ketik aku bertemu nenek.
“Nenek lagi ngapain?”, tanyaku
waktu itu kepada nenek. Aku kaget dengan jawabannya yang sederhana namun ngena banget di hati dan pikiranku saat
itu “Lagi bersih-bersih, begini saja nenek kalau sore, kalau sekitar rumah
bersih pasti nyaman dan enak dilihat.”, jawabnya sembari menyibakkan sapunya di
lantai tanah samping rumah. Dia memberi makan bebek disela menyapu.
Hari ini kami berduka, semalam dia
telah berpulang kepada pangkuan Tuhan. Sangat menyesal, ketika saat itu aku tak
belajar banyak padanya. Aku tak banyak menghabiskan waktu dengannya. Namun
dirinya selalu terkenang dalam benakku. Kelembutan, keramahan, senyum, dan hangatnya
kasih sayang yang ku rasakan ketika terakhir memeluknya, saat itu adalah hari
terakhhir kami berada di Kampung Merabu, mengingat pengambilan data dalam
rangkaian Ekspedisi Tanah Borneo telah selesai.
Aku teringat pada foto nenek, di
sedang menabuh alat musik untuk menghibur kami saat pesta pelepasan kami di
balai Kampung Merabu. Berkolaborasi dengan ibu-ibu lain yang juga memainkan
alat musik lain, serta dibarengi dengan tarian khas Dayak Lebo. Seandainya
masih ada waktu untukku bertemu dengan nenek, aku ingin mendekap erat dirinya,
bercerita tentaang kampungnya yang asri, dan belajar menabuh kepadanya.
Seandainya aku masih bisa bertemu dengannya, aku ingin memberikan sehelai
selendang kepadanya agar dia selalu mengenangku.
Tak tau lagi apa yang harus ku ungkapkan untuk
mewakili kesedihanku. Walaupun jauh, nenek selalu berada di dekat kami. Selamat
jalan nenek, bahagia di sorga ya nek, aku harap kita dapat bertemu di sana.
Mungkin Tuhan lebih menyayangimu, Ia ingin nenek berada di sisi-Nya. Keluarga
Kampung Merabu dan kami yang ditinggalkan senantiasa mendoakan
Salam dari mba Mar dan keluarga, serta seluruh warga.. terima kasih atas perhatian mba Ve..
BalasHapusIya pak fran salam untuk seluruh warga merabu dan alam nya yang indah
Hapus