Perempuan baginya adalah
seseorang yang dikodratkan sebagai pendaming bagi lelaki. Hal itu ditunjukkan
dengan ucapannya ketika perbincangan hangat mengenai peran dalam keluarga. Dia adalah
isteri Pak Eka, seorang nelayan yang sekaligus menjadi tokoh dalam pembentukan
kelompok masyarakat di Desa Les untuk pembangunan desa yang lebih baik. Bu
Cening mengatakan bahwa dulu ketika musim cumi setiap pagi dia pergi ke pantai
untuk menjemput suaminya yang telah semalaman melaut. dia harus bangun
pagi-pagi sekali untuk memulai hari. paling tidak sebelum pergi ke pantai dia
sudah menyiapkan air panas untuk membuat minuman hangat sebagai pelengkap
sarapan. Ini adalah hal yang wajar dilihat setiap pagi di Pantai Penyumbahan,
Desa Les. Para isteri menjemput dan membantu suaminya seperti mengaitkan tali
penahan perahu, memasang papan dan kayu yang berbentuk tabung untuk memudahkan
perahu naik ke daratan ketika ditarik, hingga membereskan isi perahu seperti
hasil tangkapan ikan dan sisa bekal makanan para suami. Semua itu ditata rapih,
tampat makan, jas hujan, pancing, jarring, atau alat lainnya agar mudah diambil
ketika akan digunakan lagi.
Setelah itu dia akan memisahkaan ikan hasil tangkapan, yang mana akan dijual
dan yang mana akan dikonsumsi sendiri atau sekedar dibagikan kepada kerabat
yang saat itu tidak melaut. Kegiatan itu selesai hingga ikan sampai di tangan
pembeli. Biasanya ada pemborong yang siap menampung hasil tangkapan nelayan
dengan menerapkan syarat tertentu. Misalnya kebijakan peminjaman dana,
peminjaman bahan bakar, penentuan harga, dan lain-lain.
Bu Cening dan isteri nelayan
lainnya kembali ke rumah untuk menyiapkan sarapan suaminya, lalu masak, sampai
bersih-bersih rumah. Seringkali pekerjaan itu dilakukan dalam waktu yang sama
agar dapat selesai lebih cepat. Terutama
bagi mereka yang memiliki target waktu karena dikejar pekerjaan lain di luar
tanggung jawab rumah.
Memasak baginya adalah hal yang
wajib bisa dilakukan oleh perempuan. Karena perempuanlah yang mengurus seberapa
banyak pengeluaran dapur untuk membantu suaminya mengatur rumah tangga. Karena makanan
merupakan kebutuhan pokok yang harus ada setiap hari. Maka jika tidak memasak
pastinya sebuah keluarga harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli
masakan yang siap santap. Memasak sendiri di rumah adalah jawaban yang tepat
untuk memperkecil pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga yang lain
masih terlalu banyak untuk dihitung dan bisa jadi tidak dapat terpenuhi jika
dari dapur saja perlu banyak pengeluaran.
Selain itu rutinitas setiap pagi
yang wajib dilakukan adalah sembahyang. Setelah selesai memasak, dia menyiapkan
sesajen dari segala sesuatu yang keluarganya makan. Ini dapat diartikan sebagai
ucapan terimakasih kepada Tuhan atas segala kenikmatan, keselamatan, dan
kehidupan yang telah diberikan hingga saat itu juga. Setiap orang memiliki
tempat ibadah yang berbeda, misalnya tempat penguburan ari-ari anak, sudut, ruangan
tertentu, tempat tertentu yang menandakan suatu kejadian, pintu, dan lain-lain,
kecuali pura keluarga yang harus diberikan sesajen oleh seluruh anggota keuarga
itu sendiri.
Sembahyang selesai bukan berarti
seluruh kegiatan selesai juga. Seperti Bu Cening, dan bisa jadi beberapa isteri
nelayan lain melakukan hal ini, yaitu membuat canang. Bu Cening memilih
membantu suaminya untuk menghidupi kehidupan dengan cara menjadi penyedia
canang, banyak pedagang kecil datang ke rumahnya untuk mengambil canang dan
dijual kembali. Tangannya lihai, memotong, menyusun, dan menghias canang dengan
cantik. Canang digunakan untuk alat sembahyang setiap penganut Hindu sehingga
selalu ada permintaan setiap hari. seharusnya seluruh perempuan Bali terutama
penganut Hindu harus bisa membuat canang sendiri karena merupakan kebutuhan
harian untuk sembahyang, namun karena kesibukan lain biasanya mereka memilih
membeli saja agar dapat melakukan pekerjaan lain,. Pekerjaan membuat
canang ini dilakukan Bu Cening dengan
senang hati. Seringkali dia dibantu oleh menantunya ketika pesanan sedang
banyak, terutama di waktu tilem atau pertengahan bulan kalender Bali. Kadang juga
dihibur oleh kedua cucu perempuannya yang lucu, walaupun seringkali justru
menghambat pekerjaan tapi dia terlihat senang.
Inilah saatnya istirahat di
pertengahan siang. Hal ini bagus untuk menjaga kestabilan daya tahan tubuh
setelah pekerjaan yang berat sejak matahari belum terbit. Dia mengajak cucu
pertamanya tidur siang bersama. Setelah itu bangun dan menyuapinya. Dia megasuh
cucu pertamanya yang bernama Astrini setiap hari karena ditinggal kerja oleh
ibunya pada pukul 9 pagi hingga 5 sore. Usianya dibawah 5 tahun dan sedang
banyak bergerak membuat neneknya harus mengawasinya extra agar tetap selamat
dan senang.
Baginya laut adalah sumber
kehidupan, karena bisa membuat suami dan anak-anaknya mendapatkan penghasilan
dari sana. Walaupun suaminya saat ini jarang melaut karena sudah memiliki
pekerjaan lain, namun slogan itu masih tetap sama, karena pekerjaan lain
suaminya itu juga banyak berhubungan dengan laut.
numpang promote ya min ^^
BalasHapusbuat kamu yang lagi bosan dan ingin mengisi waktu luang dengan menambah penghasilan yuk gabung di di situs kami www.fanspoker.com
kesempatan menang lebih besar yakin ngak nyesel deh ^^,di tunggu ya.
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||